Thursday, January 28, 2016

Peduli Terhadap Lingkungan (Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk membangun manusia beriman dan berakhlak mulia dan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup secara harmonis, dan memiliki sikap toleran terhadap kemajemukan yang ada dalam masyarakat Indonesia, berwawasan kebangsaan yang demokrasi serta berwawasan global. Hal ini searah dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3.Akhlak mulia merupakan aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara. Pembentukan akhlak mulia dapat melalui jalur pendidikan formal non formal maupun informal. Jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Pembentukan akhlak mulia identik dengan pembentukan watak atau karakter seseorang. Tanpa karakter yang baik seseorang akan sangat mudah hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma untuk memenuhi kebutuhan dirinya tanpa mempertimbangkan efek negatif  di kemudian hari bagi dirinya dan bagi masyarakat lain. Pembentukan karakter sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman, adil dan sejahtera. Oleh karena itu untuk membentuk karakter bangsa diperlukan perhatian dari berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Begitu pentingnya karakter positif bagi seseorang sehingga pembentukan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar terbentuk pondasi karakter yang tangguh, berbudi luhur dan berhati mulia. Pembentukan kerakter/sikap peduli lingkungan dapat diartikan membentuk kepribadian yang peka, rasa memiliki dan mencintai individu-individu lain di sekitar yang dalam proses pembentukan dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam membentuk karakter/sikap siswa sehingga siswa akan memiliki kepribadian yang mempunyai rasa peka terhadap individu-individu lain di lingkungan sekitar. Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang siswanya berusia antara 6 – 13 tahun dan memiliki karakteristik selalu ingin tahu dan membutuhkan pembimbing yang dapat dijadikan idolanya. Sebagai guru kelas yang diidolakan siswa guru kelas harus memiliki kepribadian yang mantap atau berkarakter yang tangguh sehingga bisa menjadi teladan bagi siswanya. Salah satu karakter yang perlu dikembangkan pada anak didik adalah sikap peduli terhadap lingkungan.. Lingkungan yang dimaksudkan disini berupa lingkungan fisik yang terdiri dari cuaca, musim, sanitasi dan keadaan sekitar (lingkungan hidup).
Selain lingkungan lingkungan fisik yang terdiri dari cuaca, musim, sanitasi dan keadaan sekitar (lingkungan hidup), disini juga kita akan membahas lingkungan sosial, dimana siswa berada, diantaranya lingkungan keluarga. Disinilah peserta didik berinteraksi pertama dan paling banyak menggunakan waktunya. Setelah memesuki usia sekolah maka siswa akan beriteraksi selanjutnya di sekolah dimana gurulah yang sangat berperan pada anak-anak usia ini. Selanjutnya adat istiadat dan kebiasaan masyarakat sekitar juga dapat ikut mempengaruhi karakter peserta didik.
1.2              Rumusan Masalah
Dengan menyadari pentingnya pembentukan karakter peduli terhadap lingkungan ini maka peran pendidik sangatlah menentukan dalam mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada anak didiknya agar tertanam sikap peduli terhadap lingkungan dalam kehidupan sahari-harinya. Dalam proses belajar diharapkan agar setiap peserta didik dapat mengintegrasikan mata pelajaran yang sesuai dengan pembentukan karakter tersebut. Misalkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam agar guru dapat mengintegrasikan sikap peka terhdap lingkungan hidup, mencintai tumbuhan dan dan hewan.  Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial seringkali terdapat materi yang berhubungan dengan lingkungan sosial seperti masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungan sosial seperti narkoba, tawuran dan penyimpangan seksual. Peran pendidik sangatlah penting dalam membangun karakter peserta didik dan membentengi sisiwa dari hal-hal yang dapat merusak lingkungan.
Oleh karena itu rumusan masalah dalam makalah ini meliputi:
1.      Apa definisi sikap/karakter peduli terhadap lingkungan?
2.      Faktor-faktor lingkungan apa saja yang dapat mempengaruhi  perkembangan peserta didik?
3.      Kagiatan apa saja yang dapat dilakukan agar dapat membudayakan karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar?

1.3              Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik SD, menanamkan sikap rasa peka pembaca terhadap lingkungan, agar tumbuh rasa memiliki dan mencintai lingkungan . Sebagai guru bukan hanya memiliki kewajiban untuk mengajar tetapi juga memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam membimbing anak didiknya terutama dalam mengembangkan karakter yang ada di dalam dirinya. Dalam hal ini menyangkut sikap kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
1.4              Manfaat
Adapun manfaat yang kami harapkan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui makna kepedulian terhadap lingkungan
2.      Memahami pentingkan sikap peduli terhadap lingkungan
3.      Dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengarahkan pada nilai kepedulian terhadap lingkungan sebagai salah satu pendidikan berkarakter dalam mata pelajaran
4.      Dapat mempraktekkan sikap peduli terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Sikap Peduli Terhadap Lingkungan
Dalam rangka menopang keberlangsungan suatu negara, pendidikan karakter/sikap bagi anak bangsa berada pada posisi yang sangat penting. Karakter yang dibUtuhkan untuk itu adalah karakter/sikap disiplin,jujur, kerja keras, bertanggung jawab dan banyak karakter lain seperti sikap peduli terhadap lingkugan. Adapun yang kita bahas dalam bab ini adalah sikap peduli terhadap lingkungan. Sebelum lebih jauh kita berbicara tentang sikap peduli terhadap lingkungan, terlebih dulu kita harus memahami definisi dari sikap kepedulian terhadap lingkungan tersebut. Yang selanjutnya kita merasa memiliki dan  mencintai lingkungan sebagai tempat kita hidup dan menopang kehidupan. Dengan memiliki sikap mamiliki dan mencintai lingkungan kita dapat menanamkan rasa peduli lingkungan tersebut pada peserta didik sehingga sama-sama dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata sikap didentikkan dengan karakter. Beberapa ahli memberikan pengertian terhadap karakter atau sikap. Pengertian-pengertian tersebut diantaranya disampaikan oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 41), karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Lebih lanjut, Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 41) membagi sikap dan perilaku menjadi lima  jangkauan sebagai berikut : (i) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, dan (v) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2012: 114).  Sikap peduli  lingkungan adalah sikap berhubungan dengan alam sekitar sehingga jika dikaitkan dengan jangkauan tersebut dapat digolongkan menjadi  jangkauan poin kelima (v) yaitu sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Scerenko dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 42), mendefinisikan karakter sebagi atribut dan ciri-ciri yang membentuk atau membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelomok atau bangsa. Sementara itu menurut Helen G. douglas dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 42) , “character isn’t intherited, one builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action”, Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
            Karakter senantiasa harus dibangun secara berkesinambungan. Pusat Kurikulum (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2012: 9) menyarankan, implementasi pendidikan karakter hendaknya dimulai dari nilai esensisl, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah, misalnya bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan, dan santun. Selain itu, agar  sikap  peduli lingkungan  dapat  terbentuk, maka anak perlu dilatih melalui pembiasaan, mandiri, sopan santun, kreatif, tangkas, rajin bekerja, dan punya tanggung jawab. Oleh karena itu, sikap peduli lingkungan yang dilakukan secara terus-menerus dapat membentuk karakter peduli lingkungan.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, berarti karakter adalah sifat yang dimiliki oleh individu, bukan bawaan sejak lahir yang dapat kita amati dari perilaku individu dalam berinteraksi dengan Sang Pencipta, terhadap dirinya sendiri, teman sebaya, keluarga dan masyarakat. Karakter ini harus selalu mendapatkan stimulasi positif secara berkesinambungan agar senantiasa terbentuk pola pikir dan perilaku yang positif pula dalam pergaulannya sehari-hari. Karakter ini mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan antara satu individu lainnya dalam kehidupan bermsyarakat.
Kata kedua pada frase sikap peduli lingkungan adalah peduli. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002: 841), peduli  berarti mengindahkan, menghiraukan, memperhatikan. Jadi orang yang peduli adalah orang yang memperhatikan objek.
Selanjutnya kata lingkungan menurut Syamsu Yusuf dan sugandhi (2012:22) adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi hubungan individu. Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 114-133), sikap  peduli lingkungan merupakan kewajiban terhadap alam lingkungan.  Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban terhadap alam lingkungan untuk terus menjaga, melestarikan dan mencegah adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan.  Adapun nilai-nilai terhadap alam lingkungan adalah perhatian (attentiveness), kesediaan (availability), kepedulian (careness), kewarganegaraan (citizenship or  civic), komitmen (commitment), keberanian (courage), keingintahuan (courisity), kritis (critical), dapat diandalkan (dependability), kerajinan (diligence), daya upaya atau usaha (effort), keadilan (justice), kelembutan hati (meekness), moderasi atau suka hal yang sedang-sedang (moderation), kerapian (oderliness), sifat menghormat/menghargai, menghargai lingkungan (respect for environment), menghargai kesehatan (respect for healt), Pertanggung jawaban (responsibility), amanah atau dapat dipercaya (trush worthiness), kearifan atau kebijakan (wisdom). Penanaman nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam pembelajaran.

2.2              Lingkungan dapat Mempengaruhi Perkembangan Anak
Suhartono dan Hartono (2002), mengemukakan bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa, merupaka hasil  dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan. Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungn fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis. Oleh karena itu, lingkungan sangatlah berpengaruh pada perkembangan anak karena anak akan lebih banyak berkembang melalui pergaulan dengan lingkungannya. Hal in senada dengan yang dikemukakan oleh Woodworth bahwa dua individu mungkin memiliki hereditas yang sama, tetapi perkembangn selanjutnya menjadi berbeda apabila diasuh dan dibesarkan dalam dua macam lingkungan yang berbeda. Sebaliknya dua orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang sama, akan memperlihatkan dua perkembangan yang berbeda kalau keduanya memiliki dua hereditas yang berbeda. Karena itu, para ahli menyimpulkan bahwa setiap individu merupakan hasil dari hereditas dan lingkungan (Woodworth dalam Baharuddin, 2009).
Namun perkembangan seorang anak melalui pengaruh lingkungan dapat diimbangi dengan kemampuan jasmani dan rohani dari anak itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dalyono (2009), bahwa besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Suhartono dan Hartono (2002), mengemukakan tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pekembangan sosial yaitu:
a.       Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak
b.      Kematangan
Bersosialisasi merupakan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosiaonal. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
c.       Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi dan status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan sosial. Masyarakat akan memandang anak, buka sebagai anak independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”.
d.      Pendidikan
Pendidikan merupakaan proses sosialisasi anak yang terarah. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar dikelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja diperkenalkan pada norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan dengan norma kehidupan bangsa dan antar bangsa.
e.       Kapasitas mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berrfikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memcahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang kemampuan intelektualnya tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dan pengendalian emosionla secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

2.3            Jenis-Jenis Lingkungan
Menurut Sertain dalam Dalyono (2009), membagi lingkungan menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
1.      Lingkungan alam/luar
Segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar atau alam.
2.      Lingkungan dalam
Segala sesuatu yang termasuk dalam tubuh kita termasuk makanan dan  minuman yang kita makan
3.      Lingkungan sosial
Semua orang, manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh sosial ada yang dapat kita rasakan langsung dan ada juga yang kita rasakan secara tidak langsung. Yang dapat kita rasakan secara langsung seperti pergaulan dengan teman, saudara, kawan disekolah, tempat kerja, dan lain-lain. Sedangkan yang kita rasakan secara tidak langsung adalah radio, tv, buku, majalah, surat kabar.

2.4            Interaksi Manusia dengan Lingkungan
Sukmadinata (2009), membagi interaksi individu dengan lingkungan menjadi dua bagian yaitu penyesuaian diri dan penolakan.
Penyesuaian Diri
Dalam penyesuaian diri, manusia dapat melakukan berbagai macam cara yaitu:
1.      Mengubah dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan (autoplastic)
Penyesuian diri pada tahap ini adalah peniruan dan imitasi. Contoh: Anak yang terlahir do Gorontalo, akan berbahasa Gorontalo. Anak Aceh, pasti akan berbahasa Aceh. Bukan hanya dari segi bahasa, melainkan dari segi pakaian, penampilan, berpikir, sebagian besar merupakan dari hasil meniru dan imitasi. Belajar merupakan suatu bentuk penyesuaian diri dari individu terhadap tuntutan lingkungan. Makin tinggi tuntutan lingkungan, makin meningkat pula upaya belajar yang harus dilakukan individu. Contoh: Seorang mahasiswa yang belajar di negeri asing, (Inggris) ia menyesuaikan diri dengan lingkungan alamiah disana. Berpakaian tebal dan panas, membiasakan makan dan minum disana, melakukan tata cara dan adat istiadat yang berlaku disana, dan sebaginya (Purwanto, 2011).
2.      Mengubah keadaan lingkungan (alloplastic)
Penyesuaian diri dengan tahap ini merupakan tahap penyesuaian dengan cara mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, mengembangkan, dan menciptakan sesuatu yang baru. Seseorang mungkin mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mengikuti jalan pikiran atau keinginannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan suatu progam, menciptakan suatu alat yang baru, dan menciptakan prosedur kerja baru. Misalnya orang transmigrasi dari Jawa Tengah, ke Sumatera atau ke Kalimantan. Meskipun tata cara dan kehidupan masyarakat yang didatangi itu berbeda, namun sesampainya mereka disana mereka membuat rumah dna mengerjakan sawah-sawah seperti apa yang mereka lakukan pada tempat asl mereka. Cara-cara hidup dan pergaulan serta adat istiadatpun dilaksanakan berdasarkan tempat asal mereka. Pengaruh dari para transmigrasi inilah yang kemudian banyak merobah lingkungan dan masnyarakat yang di datanginya (Purwanto, 2011).
3.      Penyesuaian diri dengan otoplastic dan alloplastic
Pada tahap ini terjadi dalam kegiatan kompetisi, kooperasi dan berbagai bentuk usaha pemecahan masalah bersama. Pemecahan masalah merupakan salah bentuk penyesuaian diri yang sangat kompleks. Bermodalkan potensi dan kecakapan yang dimilikinya individu manusia mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang jauh lebih baik.
4.      Turut serta dengan kegiatan yang sedang berlangsung
Menurut Baharuddin (2009), bahwa lingkungan tidak selamnya diam (statis), tetapi dia juga berproses secara dinamis. Terhadap lingkungan yang demikian, kadang-kadang individu ikut bagian dalam kegiatan tersebut.
Keempat jenis interaksi ini sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena setiapm kegaiatn merupakan kegiatan yang kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, setiap individu senantiasa berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam setiap kegaiatan individu yang merupaka keseluruhan dari keempat jenis interaksi tersebut.
Penolakan
Terhadap hal-hal yang tak disenangi, tidak dibutuhkan atau bersifat ancaman, individu akan melakukan usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan bermacam-macam, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.      Perlawanan ( aggression)
Apabila seorang individu memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi lingkungan yang mengancam dirinya, maka ia akan melakukan perlawanan dan pertentangan terhadap lingkungan. Contoh: menggerutu, mencela, mencaci maki, memarahi, sampai dengan merusak dan menghancurkan.
2.      Pelarian (withdrawl)
Apabila individu merasa lemah atau tidak mempunyai kekuatan maka yang dilakukan adalah pelarian atau menghindar diri dari suatu keadaan yang akan mengancamnya. Contoh: tidak member reaksi, tidak hadir dalam suatu kegiatan, melepaskan diri suatu tanggung jawab, mabuk, berjudi, dan bersifat irasional.

Menurut Baharuddin (2009), Interaksi antara individu dengan lingkungan tersebut dapat dirumuskan dengan W-O-W. W sama dengan lingkungan (World), O sama dengan Individu (Organisme). Rumus ini berarti bahwa lingkungan berpengaruh kepada individu dan individu kembali berpengaruh kepada lingkungan.
Ada dua faktor utama agar interaksi dapat efisien (F. Patty dalam Baharuddin, 2009) yaitu:
1.      Faktor Pemilahan
Pemilahan berarti kesanggupan individu untuk mengadakan pemilahan yang tepat dalam tindakan-tindakan agar supaya interaksinya berlangsung secara efisien.
2.      Faktor Set
Kesiapsediaan adalah keadaan siap yang dialami individu sebagai persiapan didalam memaulai sesuatu tindakan (kegiatan). Contohnya adalah orang yang akan mengikuti kompetisi.

2.5            Peduli Terhadap Lingkungan Sekolah
Berdasarkan lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 05 tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata pedoman pembinaan adiwiyata,  terdapat beberapa komponen dan standar Adiwiyata yaitu sebagai berikut:
1.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2.      Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar:
a.       tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup;
b.      peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
c.       Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif memiliki standar:
-          melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah;
-          menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak, antara lain masyarakat, pemerintah, swasta, media, dan sekolah lain.
3.      Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan memiliki standar:
a.       ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan;
b.      peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah
Berdasarkan hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan sikap peduli lingkungan khususnya lingkungan hidup (lingkungan sekolah) yang telah diterapkan di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Seluruh warga sekolah khususnya peserta didik, dibiasakan dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang senang, aman, tentram dan baik di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Peserta didik juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran.



BAB III
PENUTUP


3.1            Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
3.1.1        Apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa, merupaka hasil  dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
3.1.2        Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan.
3.1.3        Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungn fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis.
3.1.4        penerapan sikap peduli lingkungan khususnya lingkungan hidup (lingkungan sekolah) yang telah diterapkan di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Seluruh warga sekolah khususnya peserta didik, dibiasakan dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
3.1.5        Sikap peduli terhadap lingkungan bertujuan untuk menciptakan suasana yang senang, aman, tentram dan baik di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan peserta didik juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sarana pembelajaran.

 


DAFTAR PUSTAKA


Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 05. (2013). Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata Pedoman Pembinaan Adiwiyata. Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Muchlas Samani dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Purwanto, M. Ngalim. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Syamsu Yusuf dan L. N. dan Nani M. Sugandhi (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sunarto. & Hartono, Agung. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya






No comments:

Post a Comment