Friday, March 25, 2016

Ragam Perspektif Pedagogik (Makna Pendidikan, Pengajaran dan Pelatihan)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dunia pendidikan begitu luas. Setiap individu sepanjang hidupnya perrnah mendengar istilah pendidikan, bahkan dari semenjak kecil setiap individu pernah mengalami pendidikan. Pendidikan pertama yang didapat oleh setiap indivdu tentu berawal di dalam keluarganya, tahap selanjutnya ia dapatkan di sekolah bahkan  perguruan tinggi juga masyarakat. Namun demikian, tidak setiap individu memahami apa sebenarnya makna pendidikan itu sendiri. Dalam prakteknya, terkadang makna pendidikan disamakan dengan pengajaran dan pelatihan. Alhasil, karena kesalahan pemaknaan ini membuat para pendidik di tingkat persekolahan khususnya, cenderung menekankan pada pelaksanaan konsep ‘pengajaran’ yang lebih menekankan pada salah satu aspek perkembangan peserta didik. Pendidikan di Indonesia dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih mengandung kelemahan, yaitu hanya menekankan pada pengembangan aspek kognitif semata (pengajaran dalam penguasaan materi) ataupun menekankan pada ‘pelatihan’ yang cenderung pada pengembangan aspek psikomotornya saja. Padahal, sejatinya makna pendidikan tidak hanya ditekankan pada salah satu aspek kepribadian, tetapi seluruh aspek kepribadian peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep ini tentu tidaklah diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang apa dan bagaimana makna pendidikan, pengajaran maupun pelatihan serta tujuan dari ketiganya. Sehingga kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep tersebut diharapkan tidak lagi dibawa ke ranah praktek pendidikan oleh para pendidik umumnya dan para pendidik di Indonesia khususnya.


1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini antara lain:
1.      Apa makna pendidikan, pengajaran dan pelatihan?
2.      Bagaimanakah perbedaan ketiga makna (pendidikan, pengajaran dan pelatihan)?
3.      Apa tujuan dari pendidikan, pengajaran dan pelatihan ?
4.      Apakah hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan?

1.3         Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1.      Memperoleh informasi tentang makna pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
2.      Memperoleh pemahaman tentang perbedaan makna antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
3.      Memperoleh informasi tentang tujuan pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
4.      Memperoleh informasi tentang hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Makna Pendidikan
Dewasa ini, wacana makna pendidikan dapat diasumsikan ke berbegaimacam pengertian dan pemahaman. Pemahaman dan  pengertian pada pendidikan dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam menghadapi pendidikan. Salah satunya adalah mempengaruhi tindakan seorang individu dalam memperoleh suatu pendidikan yang dapat mempengaruhi tingkah laku sosialnya.
Dalam bahasa Inggris, istilah pendidikan menggunakan kata education, biasanya dikaitkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sekolah tempat anak dididik dan dibimbing oleh para ahli yang khsuus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education berhubungan dengan kata latin educere yang berarti “mengeluarkan sesuatu kemampuan” (e=keluar, ducere= memimpin). Jadi, secara harfiah educere berarti membimbing untuk mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam diri anak. Sedangkan dalam bahasa Belanda, istilah pendidikan diambil dari kata opvoeden (op = ke atas, voeden = memberi makan). Memberi makan disini secara kiasan adalah memberi makan rohani untuk meningkatkan kecakapan dan derajat seorang anak. Dalam bahasa Jerman, istilah  untuk pendidikan digunakan kata orziehen (or = ke atas, ziehen = menarik). Jadi, orziehen, berarti “menarik ke atas”. Secara kiasan, berarti mendidik itu meningkatkan (menarik ke atas) kecakapan dan derajat seseorang. Adapaun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pendidikan adalah: 1) proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia  melalui upaya pengajaran dan pelatihan; 2) proses atau cara, perbuatan mendidik. Sedangkan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan dapat dibagi menjadi dua sudut pandang yaitu makna pendidikan secara luas/umum dan makna pendidikan secara sempit/khusus.
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang pengertian pendidikan oleh para ahli (Hasbullah, 2003) yaitu sebagai berikut:
a.       Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
b.      J. J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
c.       John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia.
d.      Carter V. Good
Pendidikan ialah 1) seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar; 2) ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
Selanjutnya menurut Fuad Ihsan (2011), mengemukakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai:
a.       Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan
b.      Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumg-buhannya
c.       Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat
d.      Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

2.1.1        Makna Pendidikan Secara Umum
Pendidikan secara umum, dikemukakan oleh Henderson (1959:44) sebagimana dikutip oleh Sadulloh, dkk. (2015: 4), yaitu: “pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir”. Pendidikan dalam arti umum merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Selanjutnya, pengertian lain tentang pendidikana secara luas adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti umum juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Merujuk pada pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan  suatu proses perubahan tingkah laku peserta  didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil dan  sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan peserta didik itu berada. Pendidikan juga dapat diartikan bahwa “hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.
Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
2.      Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.
3.      Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang di sebut manusia seluruhnya.
4.      Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
5.      Berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang dewasa, siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
6.      Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam lingkungan alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas pada pendidik profesional.

Berikut ini adalah beberapa ilmuan pendukung paham pendidikan dalam pengertian luas:
a.       Kaum Humanis Romantic seperti ( John Holt, William Glaser, Jonathan Kozol ) dan Kaum Pragmatic seperti ( John Dewey, Wiliam Heard, Kilpatrick) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam pengertian luas dan mengecam praktek pendidikan di sekolah yang di selengarakan pada zamannya. Hal ini disebabkan karena pendidikan di sekolah berlangsung dehumanisasi (proses pengikisan martabat manusia), sekolah terasing dari kehidupan nyata, pola hubungan guru dengan murid otoriter, sehingga kurang berlangsung perkembangan individu secara optimal.
b.      Ivan Illich, dia mempunyai gagasan yang terang terangan mengutuk pendidikan yang dilembagakan dalam bentuk sekolah. Dalam kecaman itu Ivan yakin bahwa sekolah sekolah dengan sendirinya menjadi tidak memendai dan hanya mendorong kepada mengasingkan siswa dari hidup.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi dan memperbaiki pembentukan pribadi seorang anak. Pendidikan yang diperoleh dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku seorang anak termasuk perubahan dalam kepribadian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Umar Tirtarahardja dan La Sula (2000), bahwa sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.

2.1.2        Makna Pendidikan Secara Khusus
Dalam arti khusus (Sadulloh, 2015: 3), langeveld menyatakan bahwa “pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya”. Pendidikan dalam arti khusus menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas di kemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiati: 1991 ) bahwa: Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Ia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan. Hal ini sesuai juga dengan sebagaimana yang dinyatakan oleh Driyarkara sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh (2015: 4), bahwa: “Pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggungjawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan (dewasa)”.
Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Dalam arti sempit, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para siswanya.
2.      Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan waktu.
3.      Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang di ciptakan khusus untuk menyelengarakan pendidikan dan secara tekhnis pendidikan di lakukan di kelas.
4.      Bentuk kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehinggah guru mempunyai peranan yang sentral dalam menentukan jadwal, dan waktu pendidikan.

Pendukung paham pendidikan dalam pengertian sempit yaitu Kaum Behavioris seperti (B. Watson, B.F Skinner, Iester Frank Ward) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit. Mereka mempunyai pandangan optimis terhadap peranan sekolah dalam menyelengarakan pendidikan.
Dan menurut Kaum Behavioris ada tiga prinsip utama mendasari sekolah dalam menyelengarkan proses rekayasa ( pengubahan tingkah laku ) yaitu:
a.       Pembentukan pola tingkah laku seseorang sangat kuat di pengaruhi oleh lingkungan.
b.      Pendidikan di sekolah merupakan rekayasa perubahan pola tingkah laku yang terprogram secara cermat.
c.       Masa depan sekolah sebagai lembaga perekayasaan pola tingkah laku yang terprogram adalah cerah. Hal ini disebabkan karena lembaga mempunyai peranan yang besar dalam mencapai kemajuan dan Kaum Behavioris pun menyatakan pengaruh pengaruh lingkungan membentuk kita seperti apa yang dapat kita capai sekarang ini. Sehingga pada akhirnya kita mencapai keadaan yang lebih baik, apabila kita memahami hal tersebut.

Dari berbagai makna pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam arti khusus adalah  bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya yang terpusat dalam lingkungan keluarga dan identik dengan pendidikan di sekolah. Sedangkan  dalam arti luas, pendidikan dimaknai sebagai: 1) pendidikan berlangsung sepanjang hayat, tidak identik dengan persekolahan dan berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat; 2) tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama (orang tua, masyarakat dan pemerintah); 3) bagi manusia pendidikan merupakan keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan mengembangkan kepribadian secara utuh (full personality).

2.2         Makna Pengajaran
Menurut Jones A. Majid, (205:16), “Pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik’. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), “pengajaran adalah: 1) proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan; 2) perihal mengajar; 3) segala sesuatu mengenai mengajar”. Sedangkan Tardif (1987), memberi arti pengajaran atau instruction secara lebih rinci, yaitu “a preplanned, goal directed educational proces designed to facilitate learning. artinya adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar”.
Senada dengan Nana Sudjana (1988: 6), yang memaknai pengajaran sebagai “interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran, yakni kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Tujuan pengajaran menurut Nana Sudjana (1988: 6), pada dasarnya adalah “diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku dalam pengertian luas, seperti yang dikemukakan Gagne yang mencakup keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan  atau menurut Bloom dibedakan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif (aspek intelektual), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (keterampilan)”.

2.3         Makna Pelatihan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), “pelatihan adalah: 1) proses, cara, perbuatan melatih; 2) kegiatan atau pekerjaan melatih; 3) tempat melatih”. Pelatihan atau training diartikan juga sebagai “activity leading to skilled behavior” atau “the result of good upbringing (especially knowledge of correct social behavior)”, yang diterjemahkan sebagai “aktivitas yang mengarah kepada perilaku terampil” atau hasil baik pendidikan (terutama pengetahuan tentang perilaku sosial yang benar)”  (http://dictionary.reference.com/browse/).
Sedangkan Nadler dan Wiggs (dalam Robinson & Robinson, 1989), mendefinisikan “pelatihan (training) sebagai teknik-teknik yang memusatkan pada belajar tentang keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau tugas-tugas atau untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas”. Sementara itu, Robinson dan Robinson (1989) menjelaskan bahwa “pelatihan biasanya dilakukan oleh organisasi, baik organisasi kerja yang berorientasi mencari keuntungan maupun tidak, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya”.


2.4         Perbedaan Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan.
Menurut Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa. Menurut Usman (1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Menurut Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir  abstrak logis, obyektif, kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
Keterkaitan Pendidikan dan Pengajaran yaitu pengajaran adalah proses belajar atau proses menuntut ilmu. Ada dosen atau guru yang mengajar atau menyampaikan ilmu kepada murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan berilmu pengetahuan (‘alim). Pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan penerapan nilai-nilai. Di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan, penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh terutama ilmu agama dicoba untuk difahami dan di hayati hingga tertanam dalam hati dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut tentang akhlak.
Namun, kita tidak bisa mendidik saja tanpa memberi ilmu, dan begitu juga sebaliknya, kita tidak bisa memberi ilmu saja tanpa mendidik. Pengajaran tanpa pendidikan akan menghasilkan masyarakat yang pandai tetapi rusak akhlaknya atau jahat. Masyarakat akan maju di berbagai bidang dan kemewahan timbul dimana-mana tetapi akan timbul hasad dengki dimana-mana karena jiwa tiap insannya tidak hidup. Manusia menjadi individual, tidak berkasih sayang, dan kemanusiaan musnah. Manusia berubah identitas. Fisiknya saja manusia tetapi perangainya seperti setan dan hewan. Sebaliknya mendidik saja tanpa memberi ilmu akan menghasilkan individu yang baik tetapi tidak berguna di tengah masyarakat. Mendidik tanpa ilmu menyebabkan insan mempunyai jiwa yang hidup tetapi tidak ada ilmu untuk dijadikan panduan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan adalah menghasilkan siswa yang  mengerti, memahami dan mampu mengimplementasikan dirinya  di masa yang akan datang. Hal ini dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui:
1.        Bimbingan yaitu pemberian bantuan arahan motivasi nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2.        Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik
3.        Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Perbedaan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan yaitu konsep pengajaran atau sering disebut dengan pendidikan intelektual serta konsep pelatihan atau proses pembiasaan untuk memperoleh keterampilan, mempunyai arti yang lebih sempit dibanding pendidikan, karena keduanya merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan. Pendidikan sendiri memiliki makna yang lebih luas karena didalamnya mengandung kegiatan mendidik (mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya yang meliputi kehidupan intelektualnya, sikapnya dan keterampilannya), kegiatan mengajar (mengembangkan kemampuan berpikir/intelektualnya), dan kegiatan melatih (mengembangkan kemampuan psikomotornya).
Selain itu, terdapat pula perbedaan dilihat dari segi tujuan ketiganya. Hal ini telah dijelaskan oleh Sadulloh, dkk. (2015: 8-9), bahwa “tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan. Sedangkan tujuan pengajaran adalah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir abstrak, logis, obyektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif dan inovatif. Sedangkan tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu”. Adapun tujuan pendidikan untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh, dkk (2015: 9) diartikan “secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya”. Sedangkan Langeveld, mengartikan kedewasaan sebagai “kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri”.
Perbedaan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan dapat disimpulkan melalui bagan berikut ini:
Tabel 1:
Perbedaan Pendidikan, Pengajaran dan Pelatihan
NNO
KRITERIA
PERBEDAAN
PENDIDIKAN
PENGAJARAN
PELATIHAN
11.
Cakupan kegiatan
Meliputi tiga unsur, yaitu kegiatan mendidik/membim-bing, mengajar dan melatih
Hanya satu unsur saja, kegiatan mengajar
Hanya satu unsur saja, kegiatan melatih
22.
Aspek kepribadian yang dikembangkan
Meliputi seluruh aspek kepribadian (intelektual, sikap dan keterampilan)
Menekankan pada aspek intelektual (kemampuan berpikir ilmiah)
Menekankan pada aspek psikomotor (keterampilan/
skill)
33.
Tujuan yang ingin dicapai
§  Mencapai kedewasaan
§  Memanusiakan manusia
§  Meningkatkan harkat dan martabat manusia
Memiliki kemampuan berpikir ilmiah
Memperoleh keterampilan/
skill tertentu
44.
Waktu berlangsungnya
Pendidikan seumur hidup dan lebih lama
Relatif lebih singkat
Relatif lebih singkat
55.
Materi yang diberikan
Transfer of values
Transfer of knowledges
Transfer of skills

Dengan demikian semakin jelas bahwa, baik keterampilan yang didapat dari pelatihan maupun kemampuan berpikir (berpikir ilmiah) yang didapat dari pengajaran akan membantu proses pendidikan yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
Satu hal lagi yang harus dipahami adalah bahwa pendidikan (pedagogik) yang ditujukan untuk membimbing  anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan memiliki tujuan yang normatif, positif dan konstruktif. Jika tujuannya tidak bersifat normatif, negatif dan destruktif, maka itu tidak bisa disebut sebagai pendidikan (pedagogi) tetapi demagogi.



BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Berdasarkan kajian yang terdapat pada bab II tentang makna pendidikan, pengajaran dan pelatihan, maka dapat disimpulkan:
1.      Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia yang berlangsung sepanjang hayat
2.      Pendidikan dapat dialami oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun
3.      Pendidikan dapat diperoleh melalaui pendidikan formal (sekolah) dan informal (keluarga dan lingkungan masyarakat)
4.      Pendidikan bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi merupakan tanggung jawab dari masyarakat dan keluarga
5.      Pengajaran merupakan aspek yang berkaitan erat dengan pendidikan, yang dapat memberikan nilai lebih dalam proses pendidikan khususnya dalam bidang pengetahuan
6.      Pelatihan merupakan aspek yang menunjang terhadap pendidikan dan pengajaran karena pelatihan dapat melatih dan mengembangkan keterampilan (skill) seorang individu.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Pustaka. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.

Ihsan, Fuad. (2011). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hasbullah. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Rasyidin, Waini. (2014). Pedagogik Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Robinson, Dana Gaines dan Robinson, James C. (1989) Training for Impact: How to Link Training to Business Needs and Measure The Results. California: Jossey-Bass Inc., Publisher.

Sadulloh, Uyoh, dkk. (2011). Pedagogik. Bandung: Alfabeta.

Subagio. (2011). Peran Pendidikan dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas. Bandung: Alfabeta

Sadulloh, Uyoh, dkk. (2015). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. (1988). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Tirtarahardja, Umar. & La Sula. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Professional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.

Wina Senjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

No comments:

Post a Comment