BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dunia pendidikan begitu luas. Setiap individu sepanjang
hidupnya perrnah mendengar istilah pendidikan, bahkan dari semenjak kecil setiap individu
pernah mengalami pendidikan. Pendidikan pertama yang didapat oleh setiap indivdu
tentu berawal di dalam keluarganya, tahap selanjutnya ia dapatkan di sekolah
bahkan perguruan tinggi juga masyarakat.
Namun demikian, tidak setiap individu memahami apa sebenarnya makna pendidikan
itu sendiri. Dalam prakteknya, terkadang makna pendidikan disamakan dengan
pengajaran dan pelatihan. Alhasil, karena kesalahan pemaknaan ini membuat para
pendidik di tingkat persekolahan khususnya, cenderung menekankan pada
pelaksanaan konsep ‘pengajaran’ yang lebih menekankan pada salah satu aspek
perkembangan peserta didik. Pendidikan di Indonesia dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan masih mengandung kelemahan, yaitu hanya menekankan pada
pengembangan aspek kognitif semata (pengajaran dalam penguasaan materi) ataupun
menekankan pada ‘pelatihan’ yang cenderung pada pengembangan aspek
psikomotornya saja. Padahal, sejatinya makna pendidikan tidak hanya ditekankan
pada salah satu aspek kepribadian, tetapi seluruh aspek kepribadian peserta
didik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep ini tentu
tidaklah diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan lebih lanjut
tentang apa dan bagaimana makna pendidikan, pengajaran maupun pelatihan serta
tujuan dari ketiganya. Sehingga kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep
tersebut diharapkan tidak lagi dibawa ke ranah praktek pendidikan oleh para
pendidik umumnya dan para pendidik di Indonesia khususnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan dikaji pada makalah ini antara lain:
1. Apa makna pendidikan, pengajaran dan pelatihan?
2. Bagaimanakah perbedaan ketiga makna (pendidikan,
pengajaran dan pelatihan)?
3. Apa tujuan dari pendidikan, pengajaran dan pelatihan ?
4. Apakah
hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Memperoleh informasi tentang makna pendidikan, pengajaran
dan pelatihan.
2. Memperoleh pemahaman tentang perbedaan makna antara
pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
3. Memperoleh informasi tentang tujuan pendidikan,
pengajaran dan pelatihan.
4. Memperoleh
informasi tentang hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Makna
Pendidikan
Dewasa ini, wacana makna pendidikan
dapat diasumsikan ke berbegaimacam pengertian dan pemahaman. Pemahaman dan pengertian pada pendidikan dapat mempengaruhi
tindakan seseorang dalam menghadapi pendidikan. Salah satunya adalah
mempengaruhi tindakan seorang individu dalam memperoleh suatu pendidikan yang
dapat mempengaruhi tingkah laku sosialnya.
Dalam bahasa Inggris, istilah pendidikan menggunakan kata
education, biasanya dikaitkan dengan
pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sekolah tempat anak dididik dan
dibimbing oleh para ahli yang khsuus mengalami pendidikan dan latihan sebagai
profesi. Kata education berhubungan
dengan kata latin educere yang berarti
“mengeluarkan sesuatu kemampuan” (e=keluar,
ducere= memimpin). Jadi, secara
harfiah educere berarti membimbing
untuk mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam diri anak.
Sedangkan dalam bahasa Belanda, istilah pendidikan
diambil dari kata opvoeden (op = ke atas, voeden = memberi makan). Memberi makan disini secara kiasan adalah
memberi makan rohani untuk meningkatkan kecakapan dan derajat seorang anak.
Dalam bahasa Jerman, istilah untuk
pendidikan digunakan kata orziehen (or = ke atas, ziehen = menarik). Jadi, orziehen, berarti “menarik ke atas”.
Secara kiasan, berarti mendidik itu meningkatkan (menarik ke atas) kecakapan
dan derajat seseorang. Adapaun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000),
pendidikan adalah: 1) proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; 2) proses atau cara, perbuatan
mendidik. Sedangkan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 1, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”. Pendidikan dapat
dibagi menjadi dua sudut pandang yaitu makna pendidikan secara luas/umum dan
makna pendidikan secara sempit/khusus.
Berikut
ini adalah beberapa pengertian tentang pengertian pendidikan oleh para ahli
(Hasbullah, 2003) yaitu sebagai berikut:
a.
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
b.
J. J. Rousseau
Pendidikan
adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan
tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
c.
John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kea rah alam dan sesame manusia.
d.
Carter V. Good
Pendidikan
ialah 1) seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar; 2) ilmu yang sistematis
atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar,
pengawasan dan bimbingan murid.
Selanjutnya
menurut Fuad Ihsan (2011), mengemukakan bahwa pendidikan dapat diartikan
sebagai:
a.
Suatu proses pertumbuhan yang
menyesuaikan dengan lingkungan
b.
Suatu pengarahan dan bimbingan yang
diberikan kepada anak dalam pertumg-buhannya
c.
Suatu usaha sadar untuk menciptakan
suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat
d.
Suatu pembentukan kepribadian dan
kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.
2.1.1
Makna Pendidikan Secara Umum
Pendidikan secara umum, dikemukakan oleh Henderson (1959:44) sebagimana dikutip
oleh Sadulloh, dkk. (2015: 4), yaitu: “pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir”. Pendidikan dalam arti umum
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang
berlangsung sepanjang hayat. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan
masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik
dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Selanjutnya,
pengertian lain tentang pendidikana secara luas adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/ pribadi
dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi,
sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti umum juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Merujuk
pada pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak terampil menjadi terampil dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan peserta didik itu berada. Pendidikan juga dapat diartikan bahwa “hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup” (life
is education, and education is life). Maksudnya bahwa
pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan
yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau
perkembangan individu.
Dalam
arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Pendidikan berlangsung seumur hidup.
Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya,
sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat
mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat
adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu
yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya,
sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
2.
Tanggung jawab pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab
masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.
3.
Bagi manusia pendidikan merupakan suatu
keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang, yang di sebut manusia seluruhnya.
4.
Dalam
hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui
berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya
disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
5.
Berlangsung
bagi siapa pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang dewasa,
siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
6.
Pendidikan
berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja.
Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam
lingkungan alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas
pada pendidik profesional.
Berikut ini adalah beberapa ilmuan
pendukung paham pendidikan dalam pengertian luas:
a.
Kaum Humanis Romantic seperti ( John
Holt, William Glaser, Jonathan Kozol ) dan Kaum Pragmatic seperti ( John Dewey,
Wiliam Heard, Kilpatrick) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam pengertian
luas dan mengecam praktek pendidikan di sekolah yang di selengarakan pada
zamannya. Hal ini disebabkan karena pendidikan di sekolah berlangsung
dehumanisasi (proses pengikisan martabat manusia), sekolah terasing dari
kehidupan nyata, pola hubungan guru dengan murid otoriter, sehingga kurang
berlangsung perkembangan individu secara optimal.
b.
Ivan Illich, dia mempunyai gagasan yang
terang terangan mengutuk pendidikan yang dilembagakan dalam bentuk sekolah.
Dalam kecaman itu Ivan yakin bahwa sekolah sekolah dengan sendirinya menjadi
tidak memendai dan hanya mendorong kepada mengasingkan siswa dari hidup.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi
dan memperbaiki pembentukan pribadi seorang anak. Pendidikan yang diperoleh
dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku seorang anak termasuk perubahan dalam
kepribadian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Umar Tirtarahardja dan La Sula
(2000), bahwa sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.
2.1.2
Makna Pendidikan Secara Khusus
Dalam
arti khusus (Sadulloh, 2015: 3), langeveld menyatakan bahwa “pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya”. Pendidikan
dalam arti khusus menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan
keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas di
kemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiati: 1991 ) bahwa: Pendidikan adalah
hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan
anak. Ia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia
purnawan. Hal ini sesuai juga dengan sebagaimana yang dinyatakan oleh Driyarkara sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh (2015: 4), bahwa:
“Pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua, yaitu ayah
dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu
bertanggungjawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan
nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu akan
berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau
manusia purnawan (dewasa)”.
Pendidikan
dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan
sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan
formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam
lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks
program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi
mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga
pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau
disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik
bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Dalam
arti sempit, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Tujuan
pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik.
Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan
pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan
ditetapkan oleh para siswanya.
2.
Lamanya
waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi,
mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari
itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam
satuan waktu.
3.
Pendidikan berlangsung dalam lingkungan
pendidikan yang di ciptakan khusus untuk menyelengarakan pendidikan dan secara
tekhnis pendidikan di lakukan di kelas.
4.
Bentuk kegiatan pendidikan lebih
berorientasi pada kegiatan guru sehinggah guru mempunyai peranan yang sentral
dalam menentukan jadwal, dan waktu pendidikan.
Pendukung paham pendidikan dalam
pengertian sempit yaitu Kaum Behavioris seperti (B. Watson, B.F Skinner, Iester
Frank Ward) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit. Mereka
mempunyai pandangan optimis terhadap peranan sekolah dalam menyelengarakan
pendidikan.
Dan menurut Kaum Behavioris ada tiga prinsip utama mendasari sekolah dalam menyelengarkan proses rekayasa ( pengubahan tingkah laku ) yaitu:
Dan menurut Kaum Behavioris ada tiga prinsip utama mendasari sekolah dalam menyelengarkan proses rekayasa ( pengubahan tingkah laku ) yaitu:
a.
Pembentukan pola tingkah laku seseorang
sangat kuat di pengaruhi oleh lingkungan.
b.
Pendidikan di sekolah merupakan rekayasa
perubahan pola tingkah laku yang terprogram secara cermat.
c.
Masa depan sekolah sebagai lembaga
perekayasaan pola tingkah laku yang terprogram adalah cerah. Hal ini disebabkan
karena lembaga mempunyai peranan yang besar dalam mencapai kemajuan dan Kaum
Behavioris pun menyatakan pengaruh pengaruh lingkungan membentuk kita seperti
apa yang dapat kita capai sekarang ini. Sehingga pada akhirnya kita mencapai
keadaan yang lebih baik, apabila kita memahami hal tersebut.
Dari
berbagai makna pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam
arti khusus adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya yang terpusat dalam lingkungan keluarga dan identik dengan
pendidikan di sekolah. Sedangkan dalam
arti luas, pendidikan dimaknai sebagai: 1) pendidikan berlangsung sepanjang
hayat, tidak identik dengan persekolahan dan berlangsung di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat; 2) tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama (orang tua, masyarakat dan pemerintah); 3) bagi manusia pendidikan
merupakan keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan
dan mengembangkan kepribadian secara utuh (full
personality).
2.2
Makna
Pengajaran
Menurut
Jones A. Majid, (205:16), “Pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan
pengalaman belajar bagi peserta didik’. Dengan kata lain pengajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan
mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), “pengajaran
adalah: 1) proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan; 2) perihal
mengajar; 3) segala sesuatu mengenai mengajar”.
Sedangkan Tardif (1987), memberi arti pengajaran atau
instruction secara lebih rinci, yaitu “a preplanned, goal directed educational
proces designed to facilitate learning. artinya adalah sebuah proses
kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan
serta dirancang untuk mempermudah belajar”.
Senada dengan Nana Sudjana (1988: 6), yang memaknai
pengajaran sebagai “interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang dirancang
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran, yakni kemampuan yang
diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya”. Tujuan pengajaran menurut Nana Sudjana (1988: 6), pada dasarnya adalah
“diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku dalam pengertian luas, seperti yang
dikemukakan Gagne yang mencakup keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan
atau menurut Bloom dibedakan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif
(aspek intelektual), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (keterampilan)”.
2.3
Makna
Pelatihan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), “pelatihan
adalah: 1) proses, cara, perbuatan melatih; 2) kegiatan atau pekerjaan melatih;
3) tempat melatih”. Pelatihan atau training diartikan juga sebagai “activity
leading to skilled behavior” atau “the result of good upbringing
(especially knowledge of correct social behavior)”, yang diterjemahkan
sebagai “aktivitas yang mengarah kepada perilaku terampil” atau hasil baik
pendidikan (terutama pengetahuan tentang perilaku sosial yang benar)” (http://dictionary.reference.com/browse/).
Sedangkan Nadler dan Wiggs (dalam Robinson &
Robinson, 1989), mendefinisikan “pelatihan (training) sebagai
teknik-teknik yang memusatkan pada belajar tentang keterampilan-keterampilan,
pengetahuan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau
tugas-tugas atau untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan
atau tugas”. Sementara itu, Robinson dan Robinson (1989) menjelaskan bahwa
“pelatihan biasanya dilakukan oleh organisasi, baik organisasi kerja yang
berorientasi mencari keuntungan maupun tidak, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan bisnisnya”.
2.4
Perbedaan
Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan.
Menurut
Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan
pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa
dewasa. Menurut Usman (1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Menurut Sarief (2008),
melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain
(atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahannya mencapai
tujuan tertentu.
Tujuan
dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian
yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai
kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek
anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir
seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu
berpikir abstrak logis, obyektif,
kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan
latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan
adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah
kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan
berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan
maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut
pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
Keterkaitan
Pendidikan dan Pengajaran yaitu pengajaran adalah proses belajar atau proses
menuntut ilmu. Ada dosen atau guru yang mengajar atau menyampaikan ilmu kepada
murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan berilmu pengetahuan
(‘alim). Pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan penerapan
nilai-nilai. Di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan,
penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh terutama ilmu agama dicoba
untuk difahami dan di hayati hingga tertanam dalam hati dan dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut tentang
akhlak.
Namun, kita
tidak bisa mendidik saja tanpa memberi ilmu, dan begitu juga sebaliknya, kita
tidak bisa memberi ilmu saja tanpa mendidik. Pengajaran tanpa pendidikan akan
menghasilkan masyarakat yang pandai tetapi rusak akhlaknya atau jahat.
Masyarakat akan maju di berbagai bidang dan kemewahan timbul dimana-mana tetapi
akan timbul hasad dengki dimana-mana karena jiwa tiap insannya tidak hidup.
Manusia menjadi individual, tidak berkasih sayang, dan kemanusiaan musnah.
Manusia berubah identitas. Fisiknya saja manusia tetapi perangainya seperti
setan dan hewan. Sebaliknya mendidik saja tanpa memberi ilmu akan menghasilkan
individu yang baik tetapi tidak berguna di tengah masyarakat. Mendidik tanpa
ilmu menyebabkan insan mempunyai jiwa yang hidup tetapi tidak ada ilmu untuk
dijadikan panduan.
Tujuan
yang ingin dicapai melalui proses pendidikan adalah menghasilkan siswa yang
mengerti, memahami dan mampu mengimplementasikan dirinya di masa yang
akan datang. Hal ini dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran
dengan strategi pelaksanaan melalui:
1.
Bimbingan yaitu pemberian bantuan arahan
motivasi nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
2.
Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana
terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga
kependidikan dan peserta didik
3.
Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran
khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Perbedaan
antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan yaitu konsep pengajaran atau sering disebut dengan pendidikan
intelektual serta konsep pelatihan atau proses pembiasaan untuk memperoleh
keterampilan, mempunyai arti yang lebih sempit dibanding pendidikan, karena
keduanya merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan. Pendidikan sendiri
memiliki makna yang lebih luas karena didalamnya mengandung kegiatan mendidik
(mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya yang meliputi kehidupan
intelektualnya, sikapnya dan keterampilannya), kegiatan mengajar (mengembangkan
kemampuan berpikir/intelektualnya), dan kegiatan melatih (mengembangkan
kemampuan psikomotornya).
Selain itu, terdapat pula perbedaan dilihat dari segi
tujuan ketiganya. Hal ini telah dijelaskan oleh Sadulloh, dkk. (2015: 8-9),
bahwa “tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan. Sedangkan tujuan
pengajaran adalah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan
berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir
abstrak, logis, obyektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif dan
inovatif. Sedangkan tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh keterampilan
tentang sesuatu”. Adapun tujuan pendidikan untuk mencapai kedewasaan, oleh
Hoogveld sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh, dkk (2015: 9) diartikan
“secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya”. Sedangkan Langeveld,
mengartikan kedewasaan sebagai “kemampuan menentukan dirinya sendiri secara
mandiri atas tanggung jawab sendiri”.
Perbedaan antara pendidikan, pengajaran dan pelatihan
dapat disimpulkan melalui bagan berikut ini:
Tabel 1:
Perbedaan Pendidikan, Pengajaran
dan Pelatihan
NNO
|
KRITERIA
PERBEDAAN
|
PENDIDIKAN
|
PENGAJARAN
|
PELATIHAN
|
11.
|
Cakupan kegiatan
|
Meliputi tiga unsur, yaitu
kegiatan mendidik/membim-bing, mengajar dan melatih
|
Hanya satu unsur saja,
kegiatan mengajar
|
Hanya satu unsur saja,
kegiatan melatih
|
22.
|
Aspek kepribadian yang
dikembangkan
|
Meliputi seluruh aspek
kepribadian (intelektual, sikap dan keterampilan)
|
Menekankan pada aspek
intelektual (kemampuan berpikir ilmiah)
|
Menekankan pada aspek
psikomotor (keterampilan/
skill)
|
33.
|
Tujuan yang ingin dicapai
|
§ Mencapai kedewasaan
§ Memanusiakan manusia
§ Meningkatkan harkat dan martabat manusia
|
Memiliki kemampuan berpikir
ilmiah
|
Memperoleh keterampilan/
skill tertentu
|
44.
|
Waktu berlangsungnya
|
Pendidikan seumur hidup dan
lebih lama
|
Relatif lebih singkat
|
Relatif lebih singkat
|
55.
|
Materi yang diberikan
|
Transfer of values
|
Transfer of knowledges
|
Transfer of
skills
|
Dengan demikian semakin jelas bahwa, baik keterampilan
yang didapat dari pelatihan maupun kemampuan berpikir (berpikir ilmiah) yang
didapat dari pengajaran akan membantu proses pendidikan yang menyangkut
pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
Satu hal lagi yang harus dipahami adalah bahwa pendidikan
(pedagogik) yang ditujukan untuk membimbing
anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan
memiliki tujuan yang normatif, positif dan konstruktif. Jika tujuannya tidak
bersifat normatif, negatif dan destruktif, maka itu tidak bisa disebut sebagai
pendidikan (pedagogi) tetapi demagogi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan
kajian yang terdapat pada bab II tentang makna pendidikan, pengajaran dan
pelatihan, maka dapat disimpulkan:
1.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan
manusia yang berlangsung sepanjang hayat
2.
Pendidikan dapat dialami oleh siapapun,
kapanpun dan dimanapun
3.
Pendidikan dapat diperoleh melalaui
pendidikan formal (sekolah) dan informal (keluarga dan lingkungan masyarakat)
4.
Pendidikan bukan merupakan tanggung
jawab pemerintah semata, tetapi merupakan tanggung jawab dari masyarakat dan
keluarga
5.
Pengajaran merupakan aspek yang
berkaitan erat dengan pendidikan, yang dapat memberikan nilai lebih dalam
proses pendidikan khususnya dalam bidang pengetahuan
6.
Pelatihan merupakan aspek yang menunjang
terhadap pendidikan dan pengajaran karena pelatihan dapat melatih dan
mengembangkan keterampilan (skill)
seorang individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Balai Pustaka. (2000). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Ihsan, Fuad. (2011). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Hasbullah. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rasyidin, Waini. (2014). Pedagogik Teoritis dan Praktis. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya.
Robinson, Dana
Gaines dan Robinson, James C. (1989) Training for Impact: How to Link Training to Business Needs and Measure The Results. California: Jossey-Bass Inc., Publisher.
Sadulloh, Uyoh,
dkk. (2011). Pedagogik. Bandung:
Alfabeta.
Subagio. (2011). Peran Pendidikan dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas.
Bandung: Alfabeta
Sadulloh, Uyoh, dkk. (2015). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung:
Alfabeta.
Sudjana, Nana. (1988). Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Tirtarahardja, Umar. & La Sula.
(2000). Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Professional. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.
Wina Senjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
No comments:
Post a Comment