Thursday, April 14, 2016

MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN DIRI PELAJAR & LINGKUNGAN PEMBELAJARAN Salah Satu Bab pada Buku Becoming a Teacher (Knowladge, Skills and Issues) Karangan Colin Marsh



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang Masalah
Dijenjang sekolah dasar, dorongan dan motivasi dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sangat diperlukan sehingga sang anak akan lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun setibanya di rumah. Motivasi yang berkembang dengan baik dalam diri anak maupun motivasi dari lingkungan anak dapat berdampak baik pada hasil belajar anak.

Berbicara tentang mutu pendidikan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik. Inti persoalannya adalah pada masalah “Ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Permasalahan motivasi belajar siswa merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas motivasi ditunjukkan dengan beragamnya faktor yang terlibat. Di sisi lain, motivasi siswa juga bersifat unik, karena siswa yang berbeda dan sekolah yang berbeda dapat menghadapi permasalahan yang sama. Namun, dengan profil yang  berbeda. Motivasi belajar siswa merupakan  hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa.

1.2       Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan motivasi, khususnya motivasi dalam proses belajar dan pembelajaran. Secara rinci masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja jenis jenis dari motivasi?
2.      Apa yang dimaksudkan dengan harga diri?
3.      Apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi?
4.      Apa saja teori atribusi dalam motivasi?
5.      Apa yang dimaksud dengan motivasi sosial?
6.      Apa saja yang termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
7.      Bagaimana hakikat dari pelayanan pastoral (BK/BP)?


1.3       Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui jenis jenis dari motivasi?
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan harga diri?
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi?
4.      Untuk mengetahui apa saja teori atribusi dalam motivasi?
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi sosial?
6.      Untuk mengetahui apa yang termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
7.      Untuk mengetahui bagaimana hakikat dari pelayanan pastoral (BK/BP)?



BAB II
MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN DIRI PELAJAR

2.1       Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Berbagai pengertian tentang motivai sangat banyak, seperti “motivasi adalah keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku” (Woolfolk 2006, hal. 336).

Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic mengacu pada motivasi tanpa imbalan eksternal yang nyata, misalnya motivasi untuk belajar yang berasal dari berbagai bentuk tugas tertentu. Siswa akan termotivasi untuk melakukan tugas tertentu karena beberapa faktor pribadi seperti kebutuhan, kepentingan, keingintahuan dan kesenangan.
Motivasi intrinsic dapat dibangkitkan dengan cara menggunakan pengajaran yang inovatif. Sebagai contoh, jika seorang guru dapat membuat pertanyaan teka teki, konflik dan menemukan ide baru, dan jika pada gilirannya siswa mencoba memecahkan teka teki dalam kelas, mereka cenderung termotivasi dari dalam diri mereka sendiri untuk mencari solusi. Mereka siswa yang sangat termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang menantang, kebanyakan adalah siswa yang cenderung memiliki kepercayaan diri yang besar dan secara umum telah membangun minat yang kuat dalam mata pelajaran tertentu atau bersekolah.
Strategi Untuk Mendorong Motivasi Intrinsik
ü  Sajikan penemuan ide baru untuk kelas
ü  Gunakan anekdot untuk melibatkan para siswa untuk menanggapi sendiri
ü  Gunakan pertanyaan yang menantang
ü  Berikan informasi bertentangan tentang suatu topik
ü  Tampilkan contoh yang asing
ü  Gunakan beberapa catatan studi kasus

Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dialami oleh siswa ketika mereka menerima hadiah, atau menghindari hukuman, atau dalam beberapa lain yang tidak terkait dengan tugas yang harus dipenuhi untuk perilaku tertentu. Contoh reinforces primer adalah termasuk pada hal atau peristiwa yang memenuhi kebutuhan dasar fisiologis kita, seperti makanan dan minuman. Reinforces sekunder adalah perilaku atau kegiaatan yang berkaitan dengan penguatan primer seperti sportif/berkelakuan ramah dengan cara menawarkan makanan pada orang lain. Jelaslah bahwa banyak perilaku guru yang terkait dengan penguatan sekunder seperti gerakan tubuh guru dan perilaku non verbal. Penguatan primer juga dapat dilakukan oleh para guru, terutama pada tingkatan kelas TK, dan termasuk hal-hal seperti membagikan permen, minuman dan mainan.
Jelas bahwa kedua jenis motivasi ini, baik motivasi intrinsic dan ekstrinsik dapat digunakan dalam proses belajar. Anggapan guru akan selalu menunjukkan mengapa dia menggunakan motivasi eksternal dan hal ini dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih percaya diri dan mandiri dan akan termotivasi secara intrinsik.
Bukti penelitian menunjukkan bahwa saran yang paling bertentangan dalam penggunaan motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Deci, Koestner dan Ryan (2001) itu, dalam studi meta analisis utama menyimpulkan bahwa imbalan ekstrinsik yang nyata (misalnya, bintang emas, penghargaan murid terbaik, plakat kehormatan) “secara signifikan dan substansial dapat melemahkan motivasi intrinsik” (hal. 2). Mereka berpendapat bahwa bentuk bentuk upaya motivasi berguna untuk mengontrol perilaku dan mengarahkan pada persepsi oleh siswa dalam mengurangi kesempatan penentuan jati diri.
Sebaliknya, Cameron (2001), yang juga menggunakan studi meta-analisis utama, menyimpulkan bahwa efek negatif dari penghargaan ekstrinsik adalah lebih sedikit dan dengan mudah dapat dicegah dalam penerapan pengaturran sekolah. Dia berpendapat bahwa penggunaan pengahargaan tersebut untuk “membentuk hasil kerja yang sukses dan untuk mengenali hasil pencapaian siswa”.
Hidi dan Harackiewicz (2000) menyatakan hal yang serupa dengan Cameron (2001) ketika mereka berpendapat bahwa “keadaan minat” (pengahargaan eksternal) memiliki keuntungan jangka panjang. Mereka menyimpulkan bahwa orang-orang yang menentang penghargaan eksternal telah bereaksi secara berlebihan terhadap kebiasaan perilaku, dan sebagai konsekuensi “telah diakhiri dalam menyangkal pentingnya pengaruh eksternal yang mungkin diperlukan bagi semua siswa untuk mendapatkan kesempatan yang layak, atau jika tidak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapainya”.
Vansteenhiste, Lens dan Deci (2006) membedakan motivasi ekstrinsik antara yang mandiri dan yang dapat dikendalikan. Motivasi kemandirian melibatkan pengalaman dalam kemauan dan pilihan. Dalam situasi ini, guru menekan siswa untuk berpikir, bertindak atau merasakan dengan cara tertentu. Berdasarkan pendapat Vansteenhiste, Lens dan Deci (2006), semakin konteks ruang kelas mendukung kemandirian, maka semakin motivasi intrinsic dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

2.2       Harga Diri
Sejumlah pendidik menyatakan bahwa harga diri adalah salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan manusia dan hal tersebut adalah faktor kuat dalam perilaku dalam kelas.
Maslow (1954), menganggap bahwa motivasi dapat dikelompokkan kedalam hirarki kebutuhan, dan harga diri. Tingkat rendah kebutuhan kita adalah kebutuhan fisik kita (makanan dan keamanan). Kebutuhan ini merupakan dasar dalam menentukan perilaku kita, tetapi sekali kebutuhan ini terpenuhi kita dirangsang untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial kita berkaitan seputar harga diri.
Setelah kebutuhan sosial kita lebih atau kurang terpenuhi kita akan mengembangkan kebutuhan intelektual kita dalam hal mengetahui dan memahami. Maslow menyatakan bahwa empat kebutuhan tingkat yang lebih rendah (kelangsungan hidup, keamanan, rasa memiliki dan harga diri) adalah merupakan kebutuhan yang dilakukan individu yang akan berusaha untuk mencapai kepuasan.
Hierarki Kebutuhan Maslow
ü  Kebutuhan aktualisasi diri (berfungsi penuh individu)
ü  Kebutuhan estetika (apresiasi)
ü  Keperluan untuk mengetahui dan memahami (akses terhadap informasi, ingin tahu)
ü  Kebutuhan diri (yang diakui sebagai yang unik)
ü  Rasa memiliki dan kebutuhan cinta (yang diterima)
ü  Kebutuhan keamanan dan keselamatan (regular, diprediksi)
ü  Kebutuhan bertahan hidup (fisiologis)
Guru dapat membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan menggunakan penggunaan sensitivitas pujian, pengakuan dan persetujuan. Pemahaman tentang hierarki Maslow juga membantu dalam mewujudkan bagaimana konflik dapat terjadi dalam kelas. Sebagai contoh, seorang guru mungkin akan mengarahkan dalam pemenuhan pada kebutuhan intelektual atau estetika atau pengaaktualisasian diri siswa. Ketika siswa mungkin lebih peduli terhadap kebutuhan tingkat yang lebih rendah seperti rasa memiliki atau harga diri. Tentu saja, penting untuk diingat bahwa hierarki adalah merupakan model ideal- tidak semua siswa akan berperilaku sesuai dengan hierarki. Mungkin sebagain besar dari kita lebih siap beraktivitas diantara tingkatan-tingkatan hierarki, tergantung pada situasi yang bagaimana dan dengan siapa kita berinteraksi.
Sebuah teori terbaru tentang harga diri, menurut McGrath (2003), menekankan bahwa kompetensi untuk pencapaian tujuan seseorang dan perilaku “pro-sosial” dilakukan lebih dulu dan baru kemudian harga (hal. 16). McGrath (2003), berpendapat bahwa memiliki harga diri yang sehat terkait dengan menjadi tangguh dan mampu untuk bangkit kembali setelah mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Strategi untuk mengembangkan ketahanan
1.      Menekankan nilai pro-sosial termasuk kejujuran, keadilan, dukungan dan kepedulian terhadap orang lain
2.      Keterampilan Coping – bagaimana menormalkan peristiwa dalam kehidupan seseorang dari pada personalisasi mereka
3.      Keberanian – untuk bertahan bahkan ketika ada banyak kesulitan
4.      Pemikiran Optimis – berfokus pada aspek-aspek positif dari situasi negatif
5.      Mengelola perasaan – bagaimana mengelola perasaan buruk
6.      Keterampilan sosial – membangun keterampilan sosial dan hubungan yang positif
7.      Pencapaian tujuan hidup – menerapkan disiplin diri dalam menetapkan tujuan dari dalam mencapainya
8.      Bukti dasar pengetahuan diri – kesadaran akan kekauatan dan keterbatasan berdasarkan bukti
2.3       Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah bahan pertimbangan yang sangat penting bagi banyak siswa dan guru. Penulis telah menulis bahwa keluarga dan latar nelakang budaya muncul dalam mempengaruhi siswa yang telah mengembangkan tingkat tinggi atau rendahnya motivasi berprestasi.
Tugas kelas menawarkan kepada siswa berbagai peluang untuk mengalami keberhasilan atau kegagalan (Givvin eta 2001). Siswa-siswa yang memiliki motivasi penghargaan yang tinggi akan menunjukkan kegigihan dan usaha yang lebih besar dan mereka biasanya menganggap diri mereka sebagai yang memiliki kemampuan tinggi dan harga diri. sebaliknya, siswa-siswa dengan motivasi penghargaan rendha memiliki perasaan tidak mampu dan tidak bersedia untuk mengerjakan tugas sampai selesai dengan hasil yang memuaskan (lihat studi kasus berikut).
Penjelasan bahwa siswa dalam mencapai keberhasilan dan kegagalan mereka biasanya berfokus pada kemampuan, kesulitan usaha, tugas dan keberuntungan. Kemudian terdapat faktor eksternal lain seperti system Negara. Marks dan Cresswell (2005) melakukan studi tentang tingkat pencapaian dalam membaca, matematika dan sains di beberapa wilayah bagian di Australia. Hasil studi menyebutkan hal yang mengkhawatirkan dibeberapa Negara bagian, terutama Queensland, Victoria dan Tasmania, dimana siswa skornya jauh lebih rendah pada keahlian dalam membaca dibandingkan dengan siswa di Negara-negara lain. sebaliknya siswa di New Sout Wales memiliki skor dalam membaca, matematika dan sains yang tertinggi diantara semua Negara. Marks dan Cresswell (2005), menyarankan bahwa Negara-negara yang memiliki skor tinggi tertsebut memberikan layanan yang lebih baik kepada siswa yang memiliki skor yang rendah.
Selain itu juga, dimungkinkan utuk mengurangi tingkat persaingan dalam kelas dengan menggunakan instruksi yang menekankan pada penguasaan perorangan atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam bagiannya memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan rendah untuk menjadi kelompok anggota yang mencapai sukses.

2.4       Teori Atribusi (pertalian) dalam Motivasi
Motivasi berprestasi adalah penting untuk pengajaran yang efektif. Teori atribusi (Weiner, 1986) menyatakan bahwa orang pasti berusaha untuk menjelaskan mengapa mereka telah berhasil atau gagal. Penjelasn itu disebut dengan atribut. Penjelasan dapat mancakup kurnagnya upaya, kurangnya kemampuan, guru tidak membantu saya, kesulitan dalam mengerjakan tugas, faktor kesempatan lainnya.
Menurut Weiner (1986), penjelasan atau atribut termasuk hal reaksi emosional dalam menanggapi masa depan dan harapan untuk keberhasilan atau kegagalan. Secara khusus, siswa membuat atribusi atau penjelasan berdasarkan:
1.      Situasi Isyarat
a.       Pengalaman masa lalu seorang siswa dengan tugas yang sama (misalnya kekonsistenan kesuksesan atau kegagalan di masa lalu)
b.      Kinerja seorang siswa dibandingkan dengan rekan-rekan
c.       Seberapa banyak bantuan yang mereka terima selama mengerjakan tugas (misalnya apakah mereka melakukan kecurangan atau dibantu oleh orang lain).
2.      Sebelum Keyakinan
Siswa telah mempertahankan keyakinan tentang kesuksesan dan kegagalan (didapatkan dari membaca atau dari orang tua)
3.      Persepsi Diri
Siswa dengan harga diri yang tinggi akan menganggap bahwa alasan keberhasilan mereka adalah karena usaha dan kemampuan dan buka karena keberuntungan.
            Borich dan Tombari (1997), menyarankan bahwa guru yang mendukung pendekatan teori atribusi harus melakukan semuanya dengan menggunakan kekuatan mereka untuk memastikan bahwa siswa mengatribut keberhasilan dan kegagalan kelas mereka dengan cara-cara upaya yang keras dari pada putus asa. Pandangan teori atribusi berpendapat bahwa motivasi pelajar untuk berprestasi didasarkan pada atribusi atau alasan untuk keberhasilan atau kegagalan. Maka karena itu tugas bagi guru untuk meyakinkan siswa bahwa faktor keberhasilan berada dibawah kendali mereka.

2.5       Motivasi Sosial
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehubungan dengan hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan sosial adalah pertimbanagn utama untuk semua siswa. Banyak siswa aktif mencari dukungan dan perhatian dari guru dan siswa lainnya. Dukungan dari guru jelaslah merupaka manajemen strategi utama dan dapat memperkuat perilaku yang diinginkan oleh guru serta membangun harga diri dan secara umum hubungan yang lebih positif umumnya guru dan siswa dalam satu kelas.
Dalam situasi kelas, penggunaan dukungan sangat penting bagi siswa dan guru. “keduanya baik guru dan siswa perlu untuk diterima dan keduanya mencari serta bereaksi terhadap pujian” (Sinclair & Hatton 1992, hal. 100). Dukungan dan kritikan juga merupakan sarana penting bagi siswa untuk menerima umpan balik atas kenerja mereka. Menurut Bloom dan Bourdon (1980), beberapa guru (8 persen dalam studi penelitian mereka) melihat kesalan siswa yang konsisten dan memberitahukannya pada siswa. Umpan balik yang efektif bagi siswa seharusnya mencakup tentang rincian kesalahan secara spesifik, bersama-sama berkomentar positif tentang cara0cara untuk meningkatkan.


2.6       Motivasi-Faktor yang Mempengaruhinya
Motivasi siswa adalah variable, kompleks dan saling terkait dengan berbagia faktor lainnya seperti kecemasan, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk diterima, rasa ingin tahu, dan kebutuhan lainnya yang digariskan oleh Maslow. Pada tingkatan sekolah, hal ini menarik untuk diperhatikan pada beberapa penelitian tentang bagaimana motivasi siswa yang dipengaruhi oleh jenis kelamin guru, tingkat pendidikan  dan tingkat structural sekolah.
Bedasarkan Martin dan Marsh (2005), mempelajari siswa sekolah menengah dan menengah atas di lima sekolah Australia dan disimpulkan bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak kurang atau lebih termotivasi atau terlibat dalam kelas ketika diajarkan oleh laki-laki dari pada mereka diajarkan oleh perempuan (hal. 330). Mereka menunjukkan bahwa sebagian besar terjadi berbagai macam motivasi pada berbagai tingkatan siswa dan bukan karena jenis kelamin guru. Yeung dan McInerney (2005), menulis dalam penelitian mereka bahwa penurunan dalam upaya menimbulkan motivasi dari yaitu terjadi pada kelas 6 sampai 9 disekolah-sekolah Australia. Namun naik lagi motivasi tersebut pada kelas 11, ketika muncul aspirasi terhadap karir menjadi faktor maotivasi yang utama. Selanjutnya menurut Black, Swann dan Wiliam (2006), mempelajari siswa Inggris menemukan bahwa pendapat mereka tentang belajar di sekolah menurun antara 6-9 tahun. Menurut Anderson, Hattie dan Hamilton (2005), hal itu juga terjaid karena struktur sekolah yang tidak baik.
Untuk menentukan faktor-faktor yang membantu siswa dalam termotivasi agak sulit karena tingkatan motivasi siswa yang berbeda, tetapi beberapa faktor umum yang perlu diperhatikan agar siswa selalu termotivasi adalah:
1.      Kehangatan dan antusiasme
Guru yang antusias terhadap topik/subjek dan yang dapat menyajikan materi dengan sensitive, kepedulian cenderung sangat memotivasi siswa
2.      Tujuan yang berarti
Guru yang menetapkan tujuan yang bermakna, realitas dan dapat dicapai oleh siswa cenderung untuk mendapatkan dukungan dari siswa. Siswa akan menjadi sangat termotivasi karena mereka dapat melihat tujuan-tujuan instruksional relevan dengan tujuan pribadi mereka.
3.      Pembinaan iklim
Guru perlu mengguakan sejumlah strategi untuk mengembangkan dan menjaga iklim sosial dan psikologis yang positif didalam kelas. Misalnya siswa perlu untuk mengembangkan proyek-proyek tim kooperatif, mereka memulai tantangan yang dapat dilakukan dalam lingkungan aman, mereka akan ingin memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan aktualisasi diri mereka. Membina iklim yang positif tidak hanya diperuntukan untuk siswa tetapi juga bagi guru. Guru juga perlu menerima dukungan, pengakuan dan penerimaan.
4.      Mempertahankan ekuitas
Seperti disebutkan diatas siswa memiliki pengembangan keterampilan dalam mengerjakan hal tertentu dengan baik berdasarkan tanggapan guru. Untuk dapat bersikap adil dan menerima semua siswa dengan tingkat kemampuan, komitmen, kepribadian dan keramahan yang berbeda adalah tugas yang sulit bagi setiap guru dan salah satu yang dipantau secara terus menerus. Hal ini sangat mudah untuk menjadi selektif dalam pujian dan dukungan, dan mungkin tanpa sadar, mengasingkan siswa tertentu. Siswa sangat peduli terhadap kesetaraan dan akan cepat untuk menunjukan perilaku atau tindakan guru yang tidak tampak menjadi tertangani dan adil.

Strategi untuk mendorong pemberian pujian dan penghargaan, yaitu:
1.      Saya menghargai
Sebuah pernyataan yang menyatakan sesuatu penghargaan secara jujur tentang siswa. Contoh: “saya menghargai.., saya suka cara anda mengatakan tentang …”
2.      Saya bersama anda
Sebuah pesan yang menyatakan penerimaan empati atau pemahaman siswa. Contoh: “saya bersama anda ..., saya rasa saya mengerti perasaan anda.., saya akan bangga memakai sepatu anda”
3.      Perhatian tanpa pujian
Memberikan perhatian penuh kepada siswa, seperti dengan mendengarkan denga hati-hati, tanpa menawarka pujian. Contoh: sentuhan fisik, kontak mata.
4.      Kejelasan yang benar
Menginformasikan secara gamblang dan jelas kepada siswa bahwa jawabannya benar dan harus terus dilanjutkan. Contoh: ya, itu benar; ya itulah yang saya inginkan.
5.      Kejelasan yang tidak benar
Menginformasikan kepada siswa secara jelas bahwa jawabannya tidak benar dan terus lanjutkan. Contoh: tidak, jawaban yang  benar adalah ….
6.      Respon diam
Membuat catatan mental dari kesalahan atau masalah siswa, tetapi tinggalkan dahulu, sampai nanti dengan pertimbangan apa, jika sesuatunya untuk mengerjakan sesuatu hal.
7.      Pujian dan penghargaan untuk semua
Pujian dan imbalan yang ditawarkan kepada kelompok secara keseluruhan. Contoh: kelompok ini membuat kemajuan yang sangat besar, ini adalah kesenangan bagi saya untuk bekerja dengan anda. Mari kita memberikan bantuan  kita  sendiri untuk jalan menyelesaikan pelajaran hari ini. Anda semua bekerjasama  dengan saya, saya katakan pada kepala sekolah bahwa betapa istimewanya anda.
8.      Kesenangan untuk jujur
Sebuah pernyataan yang mengungkapkan kegembiaraan secara spontan dengan siswa. Contoh: itu adalah karya tulis yang benar-benar hebat yang anda tulis kemarin, Lois. Inisiatif baik yang anda ambil, Jim. Saya sangat senang untuk melihat bagaimana anda bergaul dengan teman anda, Billy. Engkau jujur, dan itu tidak mudah Sam. Jawaban yang hebat, Gloria, sangat kreatif.
           
Prinsip-prinsip umum untuk memotivasi siswa, yaitu:
1.      Gunakan dukungan secara lisan dan tertulis. Dukungan diucapkan sangat efektif begitu juga dengan komentar yang tertulis
2.      Menyediakan kegiatan belajar yang menantang dan bervariasi
3.      Mencoba untuk mencocokkan kebutuhan instruksional dan kepentingan masing-masing siswa dikelas anda
4.      Gunakan tujuan jangka pendek yang dapat dicapai
5.      Penguat yang dipilih cenderung efektif. Hal ini dapat membantu guru untuk memonitor penguatan yang berhasil pada siswa atau kelompok tertentu
6.      Memiliki hasil yang jelas. Siswa akan lebih berenergi jika mereka telah diberitahu tentang hasil kerjanya
7.      Gunakan rangsangan yang baru sebagai batu loncatan. Siswa akan sangat termotivasi dengan hal yang baru.
8.      Gunakan simulasi dan permainan. Leteratur penelitian menujukkan bahwa hal ini sangat memotivasi siswa dan mempromosikan siswa untuk berinteraksi
9.      Gunakan bahasa yang telah dikenal sebagai batu loncatan. Setiap situasi pengajaran seharusnya membangun pribadi orang, benda atau peristiwa yang telah dikenal bagi siswa.

Situasi yang mungkin menghasilkan rendahnya tingkat motivasi siswa, yaitu:
1.      Ketidaknyamanan fisik
2.      Tuntutan yang berlebihan dari seorang guru
3.      Seorang guru menyampaikan harapan yang rendah tentang individu/kelompok
4.      Siswa dinilai pada materi yang belum tercakup dalam kelas
5.      Siswa minta bantuan dari guru dan guru tidak menghargai
6.      Siswa harus bekerja lebih cepat melebihi kemampuan yang mereka bisa
7.      Siswa harus mendengarkan presentasi yang tidak menarik dari guru
8.      Kegagalan yang disampaikan kepada orang banyak
9.      Kehilangan harga diri, karena gagal memahami mmateri
10.  Guru memberikan materi yang tidak menarik
11.  Guru menggunakan kritikan dalam memotivasi siswa.


2.7       Pelayanan Pastoral (BK/BP)
Pelayanan pastoral (BK/BP) berkaitan erat dengan bagian pada motivasi. Istilah ini mengacu pada semua aspek pekerjaan dengan siswa disekolah lain selain mengejar murni (Cohen, Manion & Morrison, 1998).
Guru dan administrator cenderung menggambarkan pelayanan pastoral (BK/BP) dalam hal komitmen untuk mendahulukan kepentingan orang lain dan mencakup unsur-unsur seperti:
1.      Kepedulian terhadap kesejahteraan total siswa
2.      Sekolah menyediakan lingkungan pembelajaran yang sensitive, hangat dan manusiawi
3.      Menciptakan perasaan rasa memiliki bagi siswa
4.      Meningkatkan pembentukan hubungan yang positif antara guru dan siswa

Lang dan Hyde (1987), berpendapat bahwa hal pelayanan pastoral (BK/BP) diperlukan sebagai pertimbangan untuk siswa (dan terutama bagi siswa sekunder) yang meliputi:
1.      Penyediaan tindakan spesifik untuk mendukung kesejahteraan siswa
2.      Memberikan dukungan dan bimbingan dalam menghadapi studi, pilihan karir dan masalah-masalah pribadi dan sosial
3.      Membantu siswa untuk memperoleh keterampilan, pemahaman dan bakat yang dapat memungkinkan mereka untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Motivasi adalah kekuatan yang sangat penting yang mempengaruhi dan mengarahkan perilaku kita. Sebagai akibatnya, hal ini merupakan faktor penting bagi guru untuk memahami dan menerapkannya dalam pengajaran mereka.
Dengan memahami kebutuhan motivasional yang berbeda dari siswa dan berbagai bentuk motivasi, seperti motivasi intrinsic dan ekstrinsik, kita lebih baik menyediakan tempat untuk lingkungan yang memungkinkan siswa mampu untuk belajar. Ada teknik motivasi yang dapat kita gunakan di dalam kelas. Sampai batas tertentu ini melibatkan kita dalam trial and error dan pemantauan strategi-strategi yang sangat memotivasi dengan kelas tertentu dan yang tidak. Sebagaimana yang ditulis oleh  gage dan Berliner (1992, Hal. 381), “buatlah kumulatif dari pengalaman anda mengajar. Jangan takut untuk bereksperimen, tetapi pastikan untuk belajar dari pengalaman. Simpan catatannya. Jika sesuatu bekerja, gunakan lagi, jika tidak memotivasi siswa anda, maka jangan gunakan lagi. Pengajaran adalah proses yang menuntut secara konstan dan perevisian secara hati-hati.

No comments:

Post a Comment