BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Dijenjang
sekolah dasar, dorongan dan motivasi dari dalam diri anak maupun dari
lingkungan sangat diperlukan sehingga sang anak akan lebih bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun setibanya di rumah. Motivasi
yang berkembang dengan baik dalam diri anak maupun motivasi dari lingkungan
anak dapat berdampak baik pada hasil belajar anak.
Berbicara
tentang mutu pendidikan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh kurangnya
motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan rendahnya daya
serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan
pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik. Inti persoalannya
adalah pada masalah “Ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah
ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan
peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Permasalahan
motivasi belajar siswa merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas motivasi
ditunjukkan dengan beragamnya faktor yang terlibat. Di sisi lain, motivasi
siswa juga bersifat unik, karena siswa yang berbeda dan sekolah yang berbeda
dapat menghadapi permasalahan yang sama. Namun, dengan profil yang
berbeda. Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi
pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa.
1.2 Rumusan
Masalah
Makalah ini akan membahas hal-hal
yang terkait dengan motivasi, khususnya motivasi dalam proses belajar dan
pembelajaran. Secara rinci masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja jenis jenis dari motivasi?
2.
Apa yang dimaksudkan dengan harga diri?
3.
Apa yang dimaksud dengan motivasi
berprestasi?
4.
Apa saja teori atribusi dalam motivasi?
5.
Apa yang dimaksud dengan motivasi
sosial?
6.
Apa saja yang termasuk dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
7.
Bagaimana hakikat dari pelayanan
pastoral (BK/BP)?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui jenis jenis dari
motivasi?
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan
dengan harga diri?
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan motivasi berprestasi?
4.
Untuk mengetahui apa saja teori atribusi
dalam motivasi?
5.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan motivasi sosial?
6.
Untuk mengetahui apa yang termasuk dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
7.
Untuk mengetahui bagaimana hakikat dari
pelayanan pastoral (BK/BP)?
BAB
II
MOTIVASI
DAN PENGEMBANGAN DIRI PELAJAR
2.1 Motivasi
Intrinsik dan Ekstrinsik
Berbagai pengertian tentang motivai
sangat banyak, seperti “motivasi adalah keadaan internal yang membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku” (Woolfolk 2006, hal. 336).
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic mengacu pada
motivasi tanpa imbalan eksternal yang nyata, misalnya motivasi untuk belajar yang
berasal dari berbagai bentuk tugas tertentu. Siswa akan termotivasi untuk
melakukan tugas tertentu karena beberapa faktor pribadi seperti kebutuhan,
kepentingan, keingintahuan dan kesenangan.
Motivasi intrinsic dapat
dibangkitkan dengan cara menggunakan pengajaran yang inovatif. Sebagai contoh,
jika seorang guru dapat membuat pertanyaan teka teki, konflik dan menemukan ide
baru, dan jika pada gilirannya siswa mencoba memecahkan teka teki dalam kelas,
mereka cenderung termotivasi dari dalam diri mereka sendiri untuk mencari
solusi. Mereka siswa yang sangat termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang
menantang, kebanyakan adalah siswa yang cenderung memiliki kepercayaan diri
yang besar dan secara umum telah membangun minat yang kuat dalam mata pelajaran
tertentu atau bersekolah.
Strategi
Untuk Mendorong Motivasi Intrinsik
ü
Sajikan
penemuan ide baru untuk kelas
ü
Gunakan
anekdot untuk melibatkan para siswa untuk menanggapi sendiri
ü
Gunakan
pertanyaan yang menantang
ü
Berikan
informasi bertentangan tentang suatu topik
ü
Tampilkan
contoh yang asing
ü
Gunakan
beberapa catatan studi kasus
|
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dialami oleh
siswa ketika mereka menerima hadiah, atau menghindari hukuman, atau dalam
beberapa lain yang tidak terkait dengan tugas yang harus dipenuhi untuk
perilaku tertentu. Contoh reinforces primer adalah termasuk pada hal atau
peristiwa yang memenuhi kebutuhan dasar fisiologis kita, seperti makanan dan
minuman. Reinforces sekunder adalah perilaku atau kegiaatan yang berkaitan
dengan penguatan primer seperti sportif/berkelakuan ramah dengan cara
menawarkan makanan pada orang lain. Jelaslah bahwa banyak perilaku guru yang
terkait dengan penguatan sekunder seperti gerakan tubuh guru dan perilaku non verbal.
Penguatan primer juga dapat dilakukan oleh para guru, terutama pada tingkatan
kelas TK, dan termasuk hal-hal seperti membagikan permen, minuman dan mainan.
Jelas bahwa kedua jenis motivasi
ini, baik motivasi intrinsic dan ekstrinsik dapat digunakan dalam proses
belajar. Anggapan guru akan selalu menunjukkan mengapa dia menggunakan motivasi
eksternal dan hal ini dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih percaya diri
dan mandiri dan akan termotivasi secara intrinsik.
Bukti penelitian menunjukkan bahwa saran
yang paling bertentangan dalam penggunaan motivasi intrinsic dan ekstrinsik.
Deci, Koestner dan Ryan (2001) itu, dalam studi meta analisis utama
menyimpulkan bahwa imbalan ekstrinsik yang nyata (misalnya, bintang emas,
penghargaan murid terbaik, plakat kehormatan) “secara signifikan dan
substansial dapat melemahkan motivasi intrinsik” (hal. 2). Mereka berpendapat
bahwa bentuk bentuk upaya motivasi berguna untuk mengontrol perilaku dan
mengarahkan pada persepsi oleh siswa dalam mengurangi kesempatan penentuan jati
diri.
Sebaliknya, Cameron (2001), yang
juga menggunakan studi meta-analisis utama, menyimpulkan bahwa efek negatif
dari penghargaan ekstrinsik adalah lebih sedikit dan dengan mudah dapat dicegah
dalam penerapan pengaturran sekolah. Dia berpendapat bahwa penggunaan
pengahargaan tersebut untuk “membentuk hasil kerja yang sukses dan untuk
mengenali hasil pencapaian siswa”.
Hidi dan Harackiewicz (2000)
menyatakan hal yang serupa dengan Cameron (2001) ketika mereka berpendapat
bahwa “keadaan minat” (pengahargaan eksternal) memiliki keuntungan jangka
panjang. Mereka menyimpulkan bahwa orang-orang yang menentang penghargaan
eksternal telah bereaksi secara berlebihan terhadap kebiasaan perilaku, dan
sebagai konsekuensi “telah diakhiri dalam menyangkal pentingnya pengaruh
eksternal yang mungkin diperlukan bagi semua siswa untuk mendapatkan kesempatan
yang layak, atau jika tidak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapainya”.
Vansteenhiste, Lens dan Deci (2006)
membedakan motivasi ekstrinsik antara yang mandiri dan yang dapat dikendalikan.
Motivasi kemandirian melibatkan pengalaman dalam kemauan dan pilihan. Dalam
situasi ini, guru menekan siswa untuk berpikir, bertindak atau merasakan dengan
cara tertentu. Berdasarkan pendapat Vansteenhiste, Lens dan Deci (2006),
semakin konteks ruang kelas mendukung kemandirian, maka semakin motivasi
intrinsic dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
2.2 Harga
Diri
Sejumlah pendidik menyatakan bahwa harga
diri adalah salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan manusia dan hal
tersebut adalah faktor kuat dalam perilaku dalam kelas.
Maslow (1954), menganggap bahwa
motivasi dapat dikelompokkan kedalam hirarki kebutuhan, dan harga diri. Tingkat
rendah kebutuhan kita adalah kebutuhan fisik kita (makanan dan keamanan).
Kebutuhan ini merupakan dasar dalam menentukan perilaku kita, tetapi sekali
kebutuhan ini terpenuhi kita dirangsang untuk memenuhi kebutuhan lain yang
lebih tinggi, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial kita berkaitan seputar
harga diri.
Setelah kebutuhan sosial kita lebih
atau kurang terpenuhi kita akan mengembangkan kebutuhan intelektual kita dalam
hal mengetahui dan memahami. Maslow menyatakan bahwa empat kebutuhan tingkat
yang lebih rendah (kelangsungan hidup, keamanan, rasa memiliki dan harga diri)
adalah merupakan kebutuhan yang dilakukan individu yang akan berusaha untuk
mencapai kepuasan.
Hierarki
Kebutuhan Maslow
ü
Kebutuhan
aktualisasi diri (berfungsi penuh individu)
ü
Kebutuhan
estetika (apresiasi)
ü
Keperluan
untuk mengetahui dan memahami (akses terhadap informasi, ingin tahu)
ü
Kebutuhan
diri (yang diakui sebagai yang unik)
ü
Rasa
memiliki dan kebutuhan cinta (yang diterima)
ü
Kebutuhan
keamanan dan keselamatan (regular, diprediksi)
ü
Kebutuhan
bertahan hidup (fisiologis)
|
Guru
dapat membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan menggunakan
penggunaan sensitivitas pujian, pengakuan dan persetujuan. Pemahaman tentang
hierarki Maslow juga membantu dalam mewujudkan bagaimana konflik dapat terjadi
dalam kelas. Sebagai contoh, seorang guru mungkin akan mengarahkan dalam
pemenuhan pada kebutuhan intelektual atau estetika atau pengaaktualisasian diri
siswa. Ketika siswa mungkin lebih peduli terhadap kebutuhan tingkat yang lebih
rendah seperti rasa memiliki atau harga diri. Tentu saja, penting untuk diingat
bahwa hierarki adalah merupakan model ideal- tidak semua siswa akan berperilaku
sesuai dengan hierarki. Mungkin sebagain besar dari kita lebih siap beraktivitas
diantara tingkatan-tingkatan hierarki, tergantung pada situasi yang bagaimana
dan dengan siapa kita berinteraksi.
Sebuah
teori terbaru tentang harga diri, menurut McGrath (2003), menekankan bahwa
kompetensi untuk pencapaian tujuan seseorang dan perilaku “pro-sosial”
dilakukan lebih dulu dan baru kemudian harga (hal. 16). McGrath (2003),
berpendapat bahwa memiliki harga diri yang sehat terkait dengan menjadi tangguh
dan mampu untuk bangkit kembali setelah mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Strategi
untuk mengembangkan ketahanan
1.
Menekankan nilai pro-sosial termasuk kejujuran,
keadilan, dukungan dan kepedulian terhadap orang lain
2.
Keterampilan Coping – bagaimana menormalkan
peristiwa dalam kehidupan seseorang dari pada personalisasi mereka
3.
Keberanian
– untuk bertahan bahkan ketika ada banyak kesulitan
4.
Pemikiran
Optimis – berfokus pada aspek-aspek positif dari situasi negatif
5.
Mengelola
perasaan – bagaimana mengelola perasaan buruk
6.
Keterampilan
sosial – membangun keterampilan sosial dan hubungan yang positif
7.
Pencapaian
tujuan hidup – menerapkan disiplin diri dalam menetapkan tujuan dari dalam
mencapainya
8.
Bukti
dasar pengetahuan diri – kesadaran akan kekauatan dan keterbatasan
berdasarkan bukti
|
2.3 Motivasi
Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah bahan
pertimbangan yang sangat penting bagi banyak siswa dan guru. Penulis telah
menulis bahwa keluarga dan latar nelakang budaya muncul dalam mempengaruhi
siswa yang telah mengembangkan tingkat tinggi atau rendahnya motivasi
berprestasi.
Tugas kelas menawarkan kepada siswa
berbagai peluang untuk mengalami keberhasilan atau kegagalan (Givvin eta 2001).
Siswa-siswa yang memiliki motivasi penghargaan yang tinggi akan menunjukkan
kegigihan dan usaha yang lebih besar dan mereka biasanya menganggap diri mereka
sebagai yang memiliki kemampuan tinggi dan harga diri. sebaliknya, siswa-siswa
dengan motivasi penghargaan rendha memiliki perasaan tidak mampu dan tidak
bersedia untuk mengerjakan tugas sampai selesai dengan hasil yang memuaskan
(lihat studi kasus berikut).
Penjelasan bahwa siswa dalam
mencapai keberhasilan dan kegagalan mereka biasanya berfokus pada kemampuan,
kesulitan usaha, tugas dan keberuntungan. Kemudian terdapat faktor eksternal
lain seperti system Negara. Marks dan Cresswell (2005) melakukan studi tentang
tingkat pencapaian dalam membaca, matematika dan sains di beberapa wilayah
bagian di Australia. Hasil studi menyebutkan hal yang mengkhawatirkan
dibeberapa Negara bagian, terutama Queensland, Victoria dan Tasmania, dimana
siswa skornya jauh lebih rendah pada keahlian dalam membaca dibandingkan dengan
siswa di Negara-negara lain. sebaliknya siswa di New Sout Wales memiliki skor
dalam membaca, matematika dan sains yang tertinggi diantara semua Negara. Marks
dan Cresswell (2005), menyarankan bahwa Negara-negara yang memiliki skor tinggi
tertsebut memberikan layanan yang lebih baik kepada siswa yang memiliki skor
yang rendah.
Selain itu juga, dimungkinkan utuk
mengurangi tingkat persaingan dalam kelas dengan menggunakan instruksi yang
menekankan pada penguasaan perorangan atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dalam bagiannya memungkinkan siswa yang memiliki
kemampuan rendah untuk menjadi kelompok anggota yang mencapai sukses.
2.4 Teori
Atribusi (pertalian) dalam Motivasi
Motivasi berprestasi adalah penting
untuk pengajaran yang efektif. Teori atribusi (Weiner, 1986) menyatakan bahwa
orang pasti berusaha untuk menjelaskan mengapa mereka telah berhasil atau
gagal. Penjelasn itu disebut dengan atribut. Penjelasan dapat mancakup
kurnagnya upaya, kurangnya kemampuan, guru tidak membantu saya, kesulitan dalam
mengerjakan tugas, faktor kesempatan lainnya.
Menurut Weiner (1986), penjelasan
atau atribut termasuk hal reaksi emosional dalam menanggapi masa depan dan
harapan untuk keberhasilan atau kegagalan. Secara khusus, siswa membuat
atribusi atau penjelasan berdasarkan:
1.
Situasi Isyarat
a.
Pengalaman masa lalu seorang siswa
dengan tugas yang sama (misalnya kekonsistenan kesuksesan atau kegagalan di
masa lalu)
b.
Kinerja seorang siswa dibandingkan
dengan rekan-rekan
c.
Seberapa banyak bantuan yang mereka
terima selama mengerjakan tugas (misalnya apakah mereka melakukan kecurangan
atau dibantu oleh orang lain).
2.
Sebelum Keyakinan
Siswa
telah mempertahankan keyakinan tentang kesuksesan dan kegagalan (didapatkan
dari membaca atau dari orang tua)
3.
Persepsi Diri
Siswa
dengan harga diri yang tinggi akan menganggap bahwa alasan keberhasilan mereka
adalah karena usaha dan kemampuan dan buka karena keberuntungan.
Borich dan Tombari (1997),
menyarankan bahwa guru yang mendukung pendekatan teori atribusi harus melakukan
semuanya dengan menggunakan kekuatan mereka untuk memastikan bahwa siswa
mengatribut keberhasilan dan kegagalan kelas mereka dengan cara-cara upaya yang
keras dari pada putus asa. Pandangan teori atribusi berpendapat bahwa motivasi
pelajar untuk berprestasi didasarkan pada atribusi atau alasan untuk
keberhasilan atau kegagalan. Maka karena itu tugas bagi guru untuk meyakinkan
siswa bahwa faktor keberhasilan berada dibawah kendali mereka.
2.5 Motivasi
Sosial
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya sehubungan dengan hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan sosial adalah pertimbanagn
utama untuk semua siswa. Banyak siswa aktif mencari dukungan dan perhatian dari
guru dan siswa lainnya. Dukungan dari guru jelaslah merupaka manajemen strategi
utama dan dapat memperkuat perilaku yang diinginkan oleh guru serta membangun
harga diri dan secara umum hubungan yang lebih positif umumnya guru dan siswa
dalam satu kelas.
Dalam situasi kelas, penggunaan
dukungan sangat penting bagi siswa dan guru. “keduanya baik guru dan siswa
perlu untuk diterima dan keduanya mencari serta bereaksi terhadap pujian”
(Sinclair & Hatton 1992, hal. 100). Dukungan dan kritikan juga merupakan
sarana penting bagi siswa untuk menerima umpan balik atas kenerja mereka.
Menurut Bloom dan Bourdon (1980), beberapa guru (8 persen dalam studi
penelitian mereka) melihat kesalan siswa yang konsisten dan memberitahukannya
pada siswa. Umpan balik yang efektif bagi siswa seharusnya mencakup tentang
rincian kesalahan secara spesifik, bersama-sama berkomentar positif tentang
cara0cara untuk meningkatkan.
2.6 Motivasi-Faktor
yang Mempengaruhinya
Motivasi siswa adalah variable,
kompleks dan saling terkait dengan berbagia faktor lainnya seperti kecemasan,
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk diterima, rasa ingin tahu, dan
kebutuhan lainnya yang digariskan oleh Maslow. Pada tingkatan sekolah, hal ini
menarik untuk diperhatikan pada beberapa penelitian tentang bagaimana motivasi
siswa yang dipengaruhi oleh jenis kelamin guru, tingkat pendidikan dan tingkat structural sekolah.
Bedasarkan Martin dan Marsh (2005),
mempelajari siswa sekolah menengah dan menengah atas di lima sekolah Australia
dan disimpulkan bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak kurang atau lebih
termotivasi atau terlibat dalam kelas ketika diajarkan oleh laki-laki dari pada
mereka diajarkan oleh perempuan (hal. 330). Mereka menunjukkan bahwa sebagian
besar terjadi berbagai macam motivasi pada berbagai tingkatan siswa dan bukan
karena jenis kelamin guru. Yeung dan McInerney (2005), menulis dalam penelitian
mereka bahwa penurunan dalam upaya menimbulkan motivasi dari yaitu terjadi pada
kelas 6 sampai 9 disekolah-sekolah Australia. Namun naik lagi motivasi tersebut
pada kelas 11, ketika muncul aspirasi terhadap karir menjadi faktor maotivasi
yang utama. Selanjutnya menurut Black, Swann dan Wiliam (2006), mempelajari
siswa Inggris menemukan bahwa pendapat mereka tentang belajar di sekolah
menurun antara 6-9 tahun. Menurut Anderson, Hattie dan Hamilton (2005), hal itu
juga terjaid karena struktur sekolah yang tidak baik.
Untuk menentukan faktor-faktor yang
membantu siswa dalam termotivasi agak sulit karena tingkatan motivasi siswa
yang berbeda, tetapi beberapa faktor umum yang perlu diperhatikan agar siswa
selalu termotivasi adalah:
1.
Kehangatan dan antusiasme
Guru
yang antusias terhadap topik/subjek dan yang dapat menyajikan materi dengan
sensitive, kepedulian cenderung sangat memotivasi siswa
2.
Tujuan yang berarti
Guru
yang menetapkan tujuan yang bermakna, realitas dan dapat dicapai oleh siswa
cenderung untuk mendapatkan dukungan dari siswa. Siswa akan menjadi sangat
termotivasi karena mereka dapat melihat tujuan-tujuan instruksional relevan
dengan tujuan pribadi mereka.
3.
Pembinaan iklim
Guru
perlu mengguakan sejumlah strategi untuk mengembangkan dan menjaga iklim sosial
dan psikologis yang positif didalam kelas. Misalnya siswa perlu untuk
mengembangkan proyek-proyek tim kooperatif, mereka memulai tantangan yang dapat
dilakukan dalam lingkungan aman, mereka akan ingin memberikan kesempatan bagi
siswa untuk meningkatkan aktualisasi diri mereka. Membina iklim yang positif
tidak hanya diperuntukan untuk siswa tetapi juga bagi guru. Guru juga perlu
menerima dukungan, pengakuan dan penerimaan.
4.
Mempertahankan ekuitas
Seperti
disebutkan diatas siswa memiliki pengembangan keterampilan dalam mengerjakan
hal tertentu dengan baik berdasarkan tanggapan guru. Untuk dapat bersikap adil
dan menerima semua siswa dengan tingkat kemampuan, komitmen, kepribadian dan
keramahan yang berbeda adalah tugas yang sulit bagi setiap guru dan salah satu
yang dipantau secara terus menerus. Hal ini sangat mudah untuk menjadi selektif
dalam pujian dan dukungan, dan mungkin tanpa sadar, mengasingkan siswa
tertentu. Siswa sangat peduli terhadap kesetaraan dan akan cepat untuk
menunjukan perilaku atau tindakan guru yang tidak tampak menjadi tertangani dan
adil.
Strategi
untuk mendorong pemberian pujian dan penghargaan, yaitu:
1.
Saya menghargai
Sebuah
pernyataan yang menyatakan sesuatu penghargaan secara jujur tentang siswa.
Contoh: “saya menghargai.., saya suka cara anda mengatakan tentang …”
2.
Saya bersama anda
Sebuah
pesan yang menyatakan penerimaan empati atau pemahaman siswa. Contoh: “saya
bersama anda ..., saya rasa saya mengerti perasaan anda.., saya akan bangga
memakai sepatu anda”
3.
Perhatian tanpa pujian
Memberikan
perhatian penuh kepada siswa, seperti dengan mendengarkan denga hati-hati,
tanpa menawarka pujian. Contoh: sentuhan fisik, kontak mata.
4.
Kejelasan yang benar
Menginformasikan
secara gamblang dan jelas kepada siswa bahwa jawabannya benar dan harus terus
dilanjutkan. Contoh: ya, itu benar; ya itulah yang saya inginkan.
5.
Kejelasan yang tidak benar
Menginformasikan
kepada siswa secara jelas bahwa jawabannya tidak benar dan terus lanjutkan.
Contoh: tidak, jawaban yang benar adalah
….
6.
Respon diam
Membuat
catatan mental dari kesalahan atau masalah siswa, tetapi tinggalkan dahulu,
sampai nanti dengan pertimbangan apa, jika sesuatunya untuk mengerjakan sesuatu
hal.
7.
Pujian dan penghargaan untuk semua
Pujian
dan imbalan yang ditawarkan kepada kelompok secara keseluruhan. Contoh:
kelompok ini membuat kemajuan yang sangat besar, ini adalah kesenangan bagi
saya untuk bekerja dengan anda. Mari kita memberikan bantuan kita
sendiri untuk jalan menyelesaikan pelajaran hari ini. Anda semua
bekerjasama dengan saya, saya katakan
pada kepala sekolah bahwa betapa istimewanya anda.
8.
Kesenangan untuk jujur
Sebuah
pernyataan yang mengungkapkan kegembiaraan secara spontan dengan siswa. Contoh:
itu adalah karya tulis yang benar-benar hebat yang anda tulis kemarin, Lois.
Inisiatif baik yang anda ambil, Jim. Saya sangat senang untuk melihat bagaimana
anda bergaul dengan teman anda, Billy. Engkau jujur, dan itu tidak mudah Sam.
Jawaban yang hebat, Gloria, sangat kreatif.
Prinsip-prinsip
umum untuk memotivasi siswa, yaitu:
1.
Gunakan dukungan secara lisan dan tertulis.
Dukungan diucapkan sangat efektif begitu juga dengan komentar yang tertulis
2.
Menyediakan kegiatan belajar yang
menantang dan bervariasi
3.
Mencoba untuk mencocokkan kebutuhan
instruksional dan kepentingan masing-masing siswa dikelas anda
4.
Gunakan tujuan jangka pendek yang dapat
dicapai
5.
Penguat yang dipilih cenderung efektif.
Hal ini dapat membantu guru untuk memonitor penguatan yang berhasil pada siswa
atau kelompok tertentu
6.
Memiliki hasil yang jelas. Siswa akan
lebih berenergi jika mereka telah diberitahu tentang hasil kerjanya
7.
Gunakan rangsangan yang baru sebagai
batu loncatan. Siswa akan sangat termotivasi dengan hal yang baru.
8.
Gunakan simulasi dan permainan.
Leteratur penelitian menujukkan bahwa hal ini sangat memotivasi siswa dan
mempromosikan siswa untuk berinteraksi
9.
Gunakan bahasa yang telah dikenal
sebagai batu loncatan. Setiap situasi pengajaran seharusnya membangun pribadi
orang, benda atau peristiwa yang telah dikenal bagi siswa.
Situasi
yang mungkin menghasilkan rendahnya tingkat motivasi siswa, yaitu:
1.
Ketidaknyamanan fisik
2.
Tuntutan yang berlebihan dari seorang
guru
3.
Seorang guru menyampaikan harapan yang
rendah tentang individu/kelompok
4.
Siswa dinilai pada materi yang belum
tercakup dalam kelas
5.
Siswa minta bantuan dari guru dan guru
tidak menghargai
6.
Siswa harus bekerja lebih cepat melebihi
kemampuan yang mereka bisa
7.
Siswa harus mendengarkan presentasi yang
tidak menarik dari guru
8.
Kegagalan yang disampaikan kepada orang
banyak
9.
Kehilangan harga diri, karena gagal
memahami mmateri
10.
Guru memberikan materi yang tidak
menarik
11.
Guru menggunakan kritikan dalam
memotivasi siswa.
2.7 Pelayanan
Pastoral (BK/BP)
Pelayanan pastoral (BK/BP)
berkaitan erat dengan bagian pada motivasi. Istilah ini mengacu pada semua
aspek pekerjaan dengan siswa disekolah lain selain mengejar murni (Cohen,
Manion & Morrison, 1998).
Guru dan administrator cenderung
menggambarkan pelayanan pastoral (BK/BP) dalam hal komitmen untuk mendahulukan
kepentingan orang lain dan mencakup unsur-unsur seperti:
1.
Kepedulian terhadap kesejahteraan total
siswa
2.
Sekolah menyediakan lingkungan
pembelajaran yang sensitive, hangat dan manusiawi
3.
Menciptakan perasaan rasa memiliki bagi
siswa
4.
Meningkatkan pembentukan hubungan yang
positif antara guru dan siswa
Lang
dan Hyde (1987), berpendapat bahwa hal pelayanan pastoral (BK/BP) diperlukan
sebagai pertimbangan untuk siswa (dan terutama bagi siswa sekunder) yang
meliputi:
1.
Penyediaan tindakan spesifik untuk
mendukung kesejahteraan siswa
2.
Memberikan dukungan dan bimbingan dalam
menghadapi studi, pilihan karir dan masalah-masalah pribadi dan sosial
3.
Membantu siswa untuk memperoleh
keterampilan, pemahaman dan bakat yang dapat memungkinkan mereka untuk
berhubungan secara efektif dengan orang lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi
adalah kekuatan yang sangat penting yang mempengaruhi dan mengarahkan perilaku
kita. Sebagai akibatnya, hal ini merupakan faktor penting bagi guru untuk
memahami dan menerapkannya dalam pengajaran mereka.
Dengan
memahami kebutuhan motivasional yang berbeda dari siswa dan berbagai bentuk
motivasi, seperti motivasi intrinsic dan ekstrinsik, kita lebih baik
menyediakan tempat untuk lingkungan yang memungkinkan siswa mampu untuk
belajar. Ada teknik motivasi yang dapat kita gunakan di dalam kelas. Sampai
batas tertentu ini melibatkan kita dalam trial and error dan pemantauan
strategi-strategi yang sangat memotivasi dengan kelas tertentu dan yang tidak. Sebagaimana
yang ditulis oleh gage dan Berliner
(1992, Hal. 381), “buatlah kumulatif dari pengalaman anda mengajar. Jangan takut
untuk bereksperimen, tetapi pastikan untuk belajar dari pengalaman. Simpan
catatannya. Jika sesuatu bekerja, gunakan lagi, jika tidak memotivasi siswa
anda, maka jangan gunakan lagi. Pengajaran adalah proses yang menuntut secara
konstan dan perevisian secara hati-hati.
No comments:
Post a Comment