Sunday, October 2, 2016

CAKUPAN DAN TEKNIK PENILAIAN PEMBELAJARAN


 
CAKUPAN DAN TEKNIK PENILAIAN PEMBELAJARAN
( Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran SD )
Dosen Pengampu: Dr. H. Mubiar Agustin, M. Pd





Kelompok I

Salman Tanjung (1503353)
Gilang Mas Ramadhan (1503236)
Abdul Talib T. S. Mamu (1507806)
Vina Anggia N. Ariawan (1502942)
Errie Subhekti Setyati (1502635)
Risma Prasasti (1507796)
Anissa Rosalia (1507800)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran, dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta orientasi penilaian dari yang berorientasi diskrimasi siswa kepada yang berorientasi diferensiasi siswa.  Keseluruhan perubahan itu akan menentukan keberhasilan pendidikan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tersebut memengaruhi pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Thursday, April 14, 2016

Educating for Character (mendidik utuk membentuk karakter) Thomas Lichona



Mendidik untuk Membentuk Karakter dan Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Lingkungan Rumah

A.    Pendahuluan
Kehidupan sosial sangatlah berpengaruh pada perkembangan kepribadian seorang individu. Berdasarkan kenyataan yang ada, struktur kehidupan sosial semakin memburuk, dan tentunya sekolah-sekolah harus menyadari bahwa pihak sekolah harus mencoba melakukan sesuatu dalam proses memberikan pendidikan tentang nilai. Dalam melaksanakan hal tersebut, maka sekolah-sekolah harus melihat dua hal utama yaitu: 

1.      Harapan bahwa tujuan mereka dapat terlaksana dengan baik
Harapan ini telah dapat dilihat pada beberapa sekolah yang telah melaksanaka program atau usaha yang cukup berarti dalam memberikan pendidikan nilai.
2.      Rasa percaya bahwa mereka tidaklah sendiri dalam pelaksanaan upaya tersebut.
Rasa ini muncul dari sebuah tren  yang saat ini sedang dikembangkan yaitu “sekolah dan keluarga bekerja sama untuk mendidik moral anak-anak”.
Penanaman nilai moral pada anak merupakan tanggunga jawab bersama antara pihak sekolah dan lingkungan keluarga. Kerjasama yang baik antara kedua pihak ini haruslah terjalin sehingga dapat memperoleh hasil yang baik dalam penanaman nilai dan moral pada anak. Peran, tugas serta tanggung jawaba dari pihak sekolah dan lingkungan keluarga haruslah diketahui dan dipahami, sehingga dalam pelaksanaannnya nanti tidak terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan suasana yang kurang bersahhabat antara pihak sekolah dan keluarga. Hal ini dapat diatasi dengan memahami tanggung jawab dan tugas masing-masing pihak.

LINGKUNGAN PEMBELAJARAN Salah Satu Bab pada Buku Becoming a Teacher (Knowladge, Skills and Issues) Karangan Colin Marsh



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajng dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Pengorganisasian kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari Pengorganisasian kelas. Sebab Pengorganisasian kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas diPengorganisasian dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.

Pengelolaan kelas yang baik merupakan bagian terpenting dari kegiatan pembelajaran seorang guru. Berdasar Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang kompetensi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru untuk kompetensi penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, disebutkan bahwa guru harus melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dimaksudkan tersebut merupakan bagian dari pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan dikarenakan kondisi ruang kelas yang tidak memberikan kenyamanan bagi siswa. Karena tanpa disadari bahwa ruang kelas memberikan pengaruh peserta didik yang luar biasa dalam kefektifan penyampaian materi.

1.2       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah prinsip susunan ruangan kelas?
2.      Bagaimanakan aturan dalam mencipatakan suasana kelas yang nyaman terkait dengan luas dan lebar kelas, lokasi meja guru, susunan meja siswa, pajangan, warna di dalam kelas, suara, suhu, tempat duduk siswa, serta penerangan dalam kelas?
3.      Bagaimanakan pengaturan dalam kela terkait dengan komite sekolah, layanan belajar dan Home Schooling?

MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN DIRI PELAJAR & LINGKUNGAN PEMBELAJARAN Salah Satu Bab pada Buku Becoming a Teacher (Knowladge, Skills and Issues) Karangan Colin Marsh



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang Masalah
Dijenjang sekolah dasar, dorongan dan motivasi dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sangat diperlukan sehingga sang anak akan lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun setibanya di rumah. Motivasi yang berkembang dengan baik dalam diri anak maupun motivasi dari lingkungan anak dapat berdampak baik pada hasil belajar anak.

Berbicara tentang mutu pendidikan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik. Inti persoalannya adalah pada masalah “Ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Permasalahan motivasi belajar siswa merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas motivasi ditunjukkan dengan beragamnya faktor yang terlibat. Di sisi lain, motivasi siswa juga bersifat unik, karena siswa yang berbeda dan sekolah yang berbeda dapat menghadapi permasalahan yang sama. Namun, dengan profil yang  berbeda. Motivasi belajar siswa merupakan  hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa.

1.2       Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan motivasi, khususnya motivasi dalam proses belajar dan pembelajaran. Secara rinci masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja jenis jenis dari motivasi?
2.      Apa yang dimaksudkan dengan harga diri?
3.      Apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi?
4.      Apa saja teori atribusi dalam motivasi?
5.      Apa yang dimaksud dengan motivasi sosial?
6.      Apa saja yang termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
7.      Bagaimana hakikat dari pelayanan pastoral (BK/BP)?

Friday, March 25, 2016

Ragam Perspektif Pedagogik (Makna Pendidikan, Pengajaran dan Pelatihan)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dunia pendidikan begitu luas. Setiap individu sepanjang hidupnya perrnah mendengar istilah pendidikan, bahkan dari semenjak kecil setiap individu pernah mengalami pendidikan. Pendidikan pertama yang didapat oleh setiap indivdu tentu berawal di dalam keluarganya, tahap selanjutnya ia dapatkan di sekolah bahkan  perguruan tinggi juga masyarakat. Namun demikian, tidak setiap individu memahami apa sebenarnya makna pendidikan itu sendiri. Dalam prakteknya, terkadang makna pendidikan disamakan dengan pengajaran dan pelatihan. Alhasil, karena kesalahan pemaknaan ini membuat para pendidik di tingkat persekolahan khususnya, cenderung menekankan pada pelaksanaan konsep ‘pengajaran’ yang lebih menekankan pada salah satu aspek perkembangan peserta didik. Pendidikan di Indonesia dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan masih mengandung kelemahan, yaitu hanya menekankan pada pengembangan aspek kognitif semata (pengajaran dalam penguasaan materi) ataupun menekankan pada ‘pelatihan’ yang cenderung pada pengembangan aspek psikomotornya saja. Padahal, sejatinya makna pendidikan tidak hanya ditekankan pada salah satu aspek kepribadian, tetapi seluruh aspek kepribadian peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep ini tentu tidaklah diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan lebih lanjut tentang apa dan bagaimana makna pendidikan, pengajaran maupun pelatihan serta tujuan dari ketiganya. Sehingga kesalahan dalam pemaknaan ketiga konsep tersebut diharapkan tidak lagi dibawa ke ranah praktek pendidikan oleh para pendidik umumnya dan para pendidik di Indonesia khususnya.

Thursday, January 28, 2016

Peduli Terhadap Lingkungan (Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk membangun manusia beriman dan berakhlak mulia dan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup secara harmonis, dan memiliki sikap toleran terhadap kemajemukan yang ada dalam masyarakat Indonesia, berwawasan kebangsaan yang demokrasi serta berwawasan global. Hal ini searah dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3.Akhlak mulia merupakan aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara. Pembentukan akhlak mulia dapat melalui jalur pendidikan formal non formal maupun informal. Jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Pembentukan akhlak mulia identik dengan pembentukan watak atau karakter seseorang. Tanpa karakter yang baik seseorang akan sangat mudah hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma untuk memenuhi kebutuhan dirinya tanpa mempertimbangkan efek negatif  di kemudian hari bagi dirinya dan bagi masyarakat lain. Pembentukan karakter sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman, adil dan sejahtera. Oleh karena itu untuk membentuk karakter bangsa diperlukan perhatian dari berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Begitu pentingnya karakter positif bagi seseorang sehingga pembentukan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar terbentuk pondasi karakter yang tangguh, berbudi luhur dan berhati mulia. Pembentukan kerakter/sikap peduli lingkungan dapat diartikan membentuk kepribadian yang peka, rasa memiliki dan mencintai individu-individu lain di sekitar yang dalam proses pembentukan dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam membentuk karakter/sikap siswa sehingga siswa akan memiliki kepribadian yang mempunyai rasa peka terhadap individu-individu lain di lingkungan sekitar. Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang siswanya berusia antara 6 – 13 tahun dan memiliki karakteristik selalu ingin tahu dan membutuhkan pembimbing yang dapat dijadikan idolanya. Sebagai guru kelas yang diidolakan siswa guru kelas harus memiliki kepribadian yang mantap atau berkarakter yang tangguh sehingga bisa menjadi teladan bagi siswanya. Salah satu karakter yang perlu dikembangkan pada anak didik adalah sikap peduli terhadap lingkungan.. Lingkungan yang dimaksudkan disini berupa lingkungan fisik yang terdiri dari cuaca, musim, sanitasi dan keadaan sekitar (lingkungan hidup).
Selain lingkungan lingkungan fisik yang terdiri dari cuaca, musim, sanitasi dan keadaan sekitar (lingkungan hidup), disini juga kita akan membahas lingkungan sosial, dimana siswa berada, diantaranya lingkungan keluarga. Disinilah peserta didik berinteraksi pertama dan paling banyak menggunakan waktunya. Setelah memesuki usia sekolah maka siswa akan beriteraksi selanjutnya di sekolah dimana gurulah yang sangat berperan pada anak-anak usia ini. Selanjutnya adat istiadat dan kebiasaan masyarakat sekitar juga dapat ikut mempengaruhi karakter peserta didik.

Saturday, January 23, 2016

Aristotle's Philosophy of Science (John Losee: A Historical Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia mulai berfilsafat ketika manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di dunia, yang dihadapakan pada berbagai kenyataan yang tidak dapat dipahaminya. Hal ini memberikan suatu tanda tanya dalam diri manusia itu sendiri, seperti kapan kehidupan di dunia ini dimulai? Adakah yang menciptakan dunia ini? Siapakah manusia? Bagaimana manusia dapat hidup? Dan masih masih banyak lagi pertanyaan yang sederhana tetapi tidak mudah untuk dijawab.
Filsafat merupakan ajaran yang mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhuk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup. Dengan belajar fisafat, bertujuan menjadikan manusia sebagai manusia yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang bijaksana. Dalam rentang sejarah tidak sedikit manusia-manusia jenius mencoba menjelaskan persoalan-persoalan dunia seperti yang dikemukakan tadi. Pikiran mereka sering kali bertentangan, radikal, bahkan tidak masuk akal.
Pada zaman sekarang ini, banyak orang yang tidak mengenal tokoh-tokoh filosof Namun untuk tokoh filosof “Aristoteles”, telinga kita tidak asing lagi mendengar namanya. Ia adalah seorang filosof yang sangat terkenal karena tokoh filosof ini mampu menorehkan sejarah yang berharga dengan pengaruhnya yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis. Beliau juga terkenal sebagai Bapak “Logika”. Pemikiran filosofisnya dijadikan sebagai landasan berfikir. Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, (abstrak). Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus.

CURRENT CURRICULUM ISSUES (Peter F Oliva & William R Gordon / Developing the Curriculum)



CURRENT CURRICULUM ISSUES
“Masalah Kurikulum Saat Ini”

PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan suatu jembatan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dalam suatu Negara. Dimensi kurikulum menurut Hasan dalam Suparlan (2011), mengemukakan bahwa kurikulum tebagi menjadi empat dimensi yaitu kurikulum sebagai idea tau gagasan, kurikulum sebagai rencana tertulis, kurikulum sebagai kegiatan, serta kurikulum sebagai evaluasi. Maknanya adalah, suatu kurikulum mencakup semua aspek yang telah dituliskan diatas yang merupakan gabungan dalam suatu prosedur dalam pelaksanaan kegiatan dari tahap awal sampai pada tahap terakhir.
Kurikulum yang baik dan tepat sasaran, merupakan kurikulum yang dapat memberikan hasil yang baik terhadap pendidikan dalam suatu Negara. Kurikulum dikatakan tidak berhasil apabila belum memberikan konstribusi yang maksimal terhadap kemajuan suatu bangsa. Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal. Pembelajaran di sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan merupakan hal yang berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang cetuskan oleh para pemerintah dan berdampak buruk kepada pendidik dan peserta didik.
Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum Indonesia. Setelah itu, barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah kurikulum di Indonesia.